Ustaz Khalid Basalamah mengatakan bahwa pemerintah tak mungkin sembarangan dalam menentukan tanggal untuk Idul Fitri atau Hari Raya Lebaran.
Pasalnya, orang-orang yang bekerja di Kementerian Agama sendiri berasal dari berbagai organisasi masyarakat (Ormas) Islam. Ada yang dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), atau ormas lainnya.
Ustaz Khalid pun mengakui bahwa dirinya masih suka menghubungi temannya di Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mempertanyakan Hari Raya Idul Fitri.
Baca Juga: Ustaz Khalid Basalamah: Mari Ikuti Jadwal Idul Fitri dari Pemerintah
“Saya kadang-kadang kalau mau tiba Idul Fitri, saya telepon teman-teman di MUI. Ada yang saya kenal, ‘Bagaimana akhi?’. ‘(Dijawab) Oh, iya, ini sudah 27 titik melihat, tapi belum ada yang kelihatan’,” jelas Ustaz Khalid.
Selain itu, setiap kali ada yang melihat hilal akan dipastikan terlebih dahulu apakah orang-orang tersebut benar melihat atau tidak.
“Ada tim di atas gunung yang melihat itu dengan alat-alat, maka belum juga kelihatan,” kata Ustaz Khalid.
Ustaz Khalid Basalamah sendiri mengatakan bahwa dirinya masih mengikuti keputusan yang pemerintah buat mengenai penetapan tanggal Idul Fitri.
Pasalnya, penetapan pemerintah sendiri berdasarkan keputusan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian dikatakan oleh Ustaz Khalid diisi oleh ulama dari berbagai ormas.
“Kalau saya allahualam masih kembali kepada pemerintah. Di sana ada MUI, MUI ada Muhammadiyah, NU, ada macam-macam ormas Islam di situ,” ujar Ustaz Khalid.
Baca Juga: Tanggal Idul Fitri Pemerintah dan Ormas Sering Berbeda, Mana yang Harus Diikuti?
Ustaz Khalid sendiri mengajak kita untuk mengikuti jadwal yang pemerintah tentukan karena menurutnya pemerintah tak mungkin asal dalam menentukan Hari Raya.
Jika kemudian kita berpuasa hingga 31 hari, hal inilah yang tidak boleh diikuti karena maksimal kita berpuasa hanya boleh selama 30 hari.