Menu


Bebasnya Anas Dimuliakan, Pengamat: Terlihat Aneh dan Salah

Bebasnya Anas Dimuliakan, Pengamat: Terlihat Aneh dan Salah

Kredit Foto: Antara/Novrian Arbi

Konten Jatim, Jakarta -

Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai ada yang salah dengan edukasi antikorupsi di sektor publik saat ini. Hal itu ia sampaikan setelah bebasnya terpidana kasus korupsi Proyek Hambalang, Anas Urbaningrum, yang disambut hangat para loyalisnya. 

Alih-alih jera dan merasa bersalah atas perbuatannya, Anas justru dielu-elukan dan berupanya menciptakan citra barunya sebagai korban. Hal ini kata Dedi, tidak hanya Anas tetapi juga narapidana kasus korupsi lainnya.

Baca Juga: Pengamat Tak Yakin Perlawanan Anas Urbaningrum Melalui PKN akan Mempengaruhi Partai Demokrat  

"Itu keanehan yang harus kita alami, bahwa Anas dan banyak lagi koruptor yang jarang merasa bersalah dan malu atas perbuatannya, justru berupaya menciptakan citra sebaliknya, sebagai korban seolah ia pahlawan. Ada yang keliru dengan pendidikan anti korupsi di ranah publik kita," ujar Dedi kepada Republika, Rabu (12/4/2023).

Dedi melanjutkan, untuk kasus Anas, pengadilan tindak pidana korupsi telah menetapkan Anas terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman pidana penjara serta denda. Sehingga, terlepas apakah Mantan Ketua Umum Partai Demokrat dikorbankan atau tidak, yang bersangkutan terbukti melakukan korupsi.

Namun demikian, Anas tetap dinilai sebagai pahlawan bagi kelompok pendukungnya.

"Demikian politik praktis, loyalis berkerumun pada tokoh, bukan pada nilai perjuangan politik atau aib politik, banyak kasus korupsi yang tokohnya berupaya membangun citra pahlawan bagi Kelompoknya sendiri, tidak hanya Anas Urbaningrum, tetapi elit lain pun demikian," ujarnya.

Bahkan, kebebasan Anas dari jeruji besi juga disambut meriah layaknya pahlawan bagi kelompoknya. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini, penyambutan kepada Anas ini bagian propaganda politik untuk menaikkan wibawa ketokohan Anas. Hal ini karena Anas kembali mendirikan partai politik, sehingga basis pendukung loyal ini digunakan untuk menguatkan kembali wibawa Anas.

Baca Juga: Gede Pasek Bersedia Berikan Posisi Ketum PKN ke Anas Urbaningrum

"Berbeda halnya, jika Anas tidak mendirikan partai, dan pensiun pasca menyelesaikan hukuman, besar kemungkinan tidak akan ada glorifikasi itu," ujarnya.

Namun, dia menilai, masyarakat memilih mengingat Anas dari sosoknya dibanding kasusnya ini juga bukan masyarakat umum. Mereka kata Dedi, adalah masyarakat politik yang memang terkondisikan untuk kepentingan politik, yakni menumbuhkan elitisme Anas Urbaningrum.

"Dan keterlibatan Anas dalam korupsi besar hambalang secara struktur politik bukan karena faktor politis, sehingga ia dan loyalis ya menyebut diri sebagai korban. Anas adalah pelaku karena ia terlibat sebagai legislator," katanya.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.