Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Ernesto Maraden Sitorus menilai masa depan mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tak akan jauh dari dunia politik. Ia menduga Anas bakal memainkan gaya "politik teraniaya" dalam beberapa waktu ke depan.
Anas baru saja keluar dari Lapas Sukamiskin, Kota Bandung pada Selasa (11/4/2023). Pada saat ini, Anas mengeklaim masih mempertimbangkan kapan bakal resmi terjun ke dunia politik. Fernando menyebut, kubu Anas bisa memainkan narasi politik teraniaya atau seolah jadi korban demi meraih simpati publik.
Baca Juga: Peneliti BRIN: Anas Diharapkan Bisa Mendinginkan Suasana, Bukan Malah Memanaskan
"Upaya yang dibangun Anas dan para loyalis bahwa dia dikorbankan karena bertentangan dengan keinginan SBY mengenai posisi Ketum Partai Demokrat," kata Fernando kepada Republika, Selasa(11/4/2023).
Fernando meramalkan strategi politik teraniaya masih bisa digunakan untuk Pemilu 2024. Cara ini menurutnya bisa mendongkrak elektabilitas Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang lekat dengan Anas.
PKN sudah terbentuk dan bisa mengikuti pemilu pada tahun depan. Walau pun Anas terganjal hukuman pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama lima tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana pokok, setidaknya Anas tetap bisa menjadi pengurus atau simpatisan PKN.
"Diharapkan cara ini akan memberikan kesan positif terhadap Anas karena sebagai pihak yang teraniaya," ujar Fernando.
Fernando juga meyakini Anas Urbaningrum tetap memiliki loyalis dari berbagai daerah yang akan memberikan nilai tersendiri. Hal ini menurutnya patut dimanfaatkan oleh Anas demi elektabilitas PKN yang baru seumur jagung.
"Partai politik seperti PKN yang dikomandoi oleh Pasek tentu sangat berharap Anas memberikan dampak untuk kepentingan perolehan suara dan juga calon presiden (yang diusung PKN) yang akan memperbesar peluang kemenangan," ucap Fernando.
Diketahui, strategi politik teraniaya pernah digunakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menggunakan cara itu ketika menjadi menteri di kabinet pimpinan Presiden Megawati.
Baca Juga: Anas Urbaningrum Disebut Korban Kriminalisasi SBY, Ada Kemungkinan Balas Dendam?
Kubu SBY "membangun" narasi keinginannya menjadi Presiden nampak terhambat oleh Megawati. Narasi yang beredar itu membuat SBY sebagai sosok yang perlu "dikasihani" karena teraniaya oleh "bosnya" sendiri.
Cara itu akhirnya sukses menaikkan elektabilitas SBY hingga duduk di tahta Presiden RI dua kali berturut-turut. Padahal SBY maju sebagai Presiden dari Partai Demokrat yang baru dibentuk saat itu. Diduga taktik semacam itu menuai reaksi positif karena mayoritas masyarakat merasa hidupnya teraniaya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan