Menu


Apa Itu Tarhib? Hukuman Karena Telah Melanggar Perintah Allah

Apa Itu Tarhib? Hukuman Karena Telah Melanggar Perintah Allah

Kredit Foto: Pexels/Icon0.com

Konten Jatim, Depok -

Dalam Agama Islam, para Muslim selalu diajarkan dan diwajibkan untuk memenuhi apa yang Allah SWT perintahkan. Ajaran-ajaran tersebut bisa ditemukan baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi Muhammad SAW.

Menjalankan perintah Allah SWT yang berupa kebaikan nantinya akan diganjar dengan pahala dan kenikmatan di akhirat. Sebaliknya, jika orang-orang memutuskan mengikuti jalan keburukan, mereka akan mendapat ganjaran berupa dosa dan siksa api neraka.

Istilah kedua di mana orang yang memutuskan untuk melanggar perintah Allah SWT ini disebut juga dengan tarhib. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai apa itu tarhib menyadur jurnal Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen pada Senin (10/4/2023).

Baca Juga: Malam Lailatul Qadar Adalah Bentuk Ujian dari Allah

Apa Itu Tarhib?

Dari segi bahasa atau etimologi, kata tarhib sebenarnya diambil dari kata kerja dari Bahasa Arab, yakni rahhaba yang berarti menakut- nakuti atau mengancam. Kata rahhaba ini kemudian diubah menjadi kata benda, yakni tarhib.

Singkatnya, kata tarhib mempunyai arti sebagai “ancaman hukuman”. Tarhib ini selalu berkaitan erat dengan istilah targhib yang mempunyai artian “kenikmatan atau ganjaran terhadap mereka yang melakukan perbuatan shalih”.

Baca Juga: Apa Itu Targhib? Kenikmatan dan Ganjaran Perbuatan Shalih

Namun, jika konotasi targhib adalah sesuatu yang baik, maka kata tarhib di sini memiliki makna negatif. Tarhib memang digunakan untuk “menakuti” atau “mengancam” para Muslim yang nekat untuk berbuat jahat dan melakukan dosa.

Di sini, bisa disimpulkan bahwa tarhib merupakan ancaman dari Allah SWT yang ditujukan untuk para umat Islam. Tujuannya untuk menumbuhkan rasa takut pada hamba-Nya dan memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah.

Oleh karena itu, diharapkan mereka selalu berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan di hadapan Allah SWT.

Baik itu konsep tarhib maupun targhib dipakai untuk memotivasi para Muslim untuk senantiasa berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan. Keduanya selalu digunakan secara beriringan meskipun memiliki arti yang amat berbeda.

Baca Juga: Apa Itu Hadits Palsu? Hadits Sesat yang Membawa ke Jalan Dosa

Dalil Mengenai Tarhib

Allah SWT mengajarkan umat-Nya tentang menjauhkan diri dari perbuatan jahat dan ganjaran yang mereka terima jika berani menentang ajaran maupun perintah-Nya. Ajaran-ajaran ini bisa ditemukan dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an.

Berikut beberapa dalil mengenai konsep tarhib yang perlu diperhatikan dan diharapkan bisa memperkuat fondasi iman seseorang.

Baca Juga: Katanya Setan Dikurung tapi Kenapa Manusia Tetap Bisa Berbuat Dosa saat Ramadhan? Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Q.S. An-Nisa Ayat 10

اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

Q.S. Al-Maidah Ayat 38

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْٓا اَيْدِيَهُمَا جَزَاۤءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Artinya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Q.S. At-Taubah Ayat 74

يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ مَا قَالُوْا ۗوَلَقَدْ قَالُوْا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوْا بَعْدَ اِسْلَامِهِمْ وَهَمُّوْا بِمَا لَمْ يَنَالُوْاۚ وَمَا نَقَمُوْٓا اِلَّآ اَنْ اَغْنٰىهُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ مِنْ فَضْلِهٖ ۚفَاِنْ يَّتُوْبُوْا يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۚوَاِنْ يَّتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ عَذَابًا اَلِيْمًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚوَمَا لَهُمْ فِى الْاَرْضِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ

Artinya: Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.