Menu


Sego Gegok Khas Trenggalek, Namanya Ternyata Akronim

Sego Gegok Khas Trenggalek, Namanya Ternyata Akronim

Kredit Foto: Instagram/Pawon Bledek

Konten Jatim, Jakarta -

Sego gegok merupakan makanan khas Trenggalek yang tetap eksis meski menjamurnya kuliner modern. Makanan ini difavoritkan masyarakat dari berbagai kalangan usia.

Termasuk, anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua yang berkunjung ke Kecamatan Bendungan, baik itu merupakan penduduk lokal maupun pendatang.

Baca Juga: Serba-Serbi di Hutan Kota Trenggalek, Tengah Kota Tetapi Manjakan Mata

Nama sego gegok sendiri sebenarnya merupakan ‘sego gegog’, yakni akronim dari ‘Sego Genem Godhong Gedhang’ yang artinya nasi yang dibungkus dengan daun pisang.

Melansir laman Nahdlatul Ulama (NU) Online Jatim, seorang wanita tua usia 80 tahunan, Tumirah, ialah seorang yang mempopulerkan sego gegok untuk pertama kalinya, di Bendungan.

Baca Juga: Goa Lowo Trenggalek, Rumahnya Kelelawar dengan Bebatuan Indah

"Sudah lebih dari 30 tahun saya berjualan Nasi Gegog," kata Mbah Tumirah kepada NU Online Jatim, beberapa waktu lalu.

Warung nasi gegok milik Mbah Tumirah ini terletak di pinggir jalan raya utama Kecamatan Bendungan, membuatnya sangat strategis dan telah terdeteksi oleh Google Maps. Jadi, akan sangat mudah untuk mencarinya.

Letak warung nasi ini berada 8 km dari pusat kota, tepatnya di RT 002/RW 001, Dusun Jeruk, Desa Srabah, Kecamatan Bendungan, Trenggalek.

Baca Juga: Sedekah Oksigen Dunia, Khofifah Giatkan Penanaman Sejuta Pohon di Trenggalek

Adapun harga sego gegok Mbah Tumirah cukuplah murah, tak sampai Rp 10 ribu. Satu bungkus nasinya hanya dibanderol seharga Rp 3 ribu saja. Namun, kamu akan mendapatkan dua bungkus sego gegok jika memesan satu porsi.

"Karena satu bungkus itu ukurannya kecil, jadi satu porsi saya jadikan dua bungkus. Kenikmatan Sego Gegog selain dari rasanya juga karena ia dibungkus dengan daun pisang. Dari daun pisang tersebut keluar aroma harum dan alami," ujarnya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO