Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan kelima ketua umum (ketum) partai politik (parpol) pro pemerintah memunculkan wacana terbentuknya koalisi besar di Pilpres 2024.
Dalam rapat yang digelar belum lama ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri absen menghadiri rapat. Kepastian PDIP bergabung dengan koalisi besar tersebut juga belum dapat dipastikan.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin memprediksi Pilpres 2024 tidak akan menarik apabila PDIP memutuskan bergabung dengan KIB dan KIR.
"Kalau PDIP bergabung enggak menarik kan cuma ada dua pasang. Koalisi besar plus PDIP dengan Koalisi Perubahan," kata Ujang.
Jika PDIP memutuskan bergabung, sudah dapat dipastikan hanya ada dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang bertarung di Pilpres 2024.
Hal ini juga sudah pernah terjadi pada pemilu sebelumnya dan menyebabkan keterbelahan dukungan yang berkepanjangan.
Meskipun Pilpres sudah selesai, banyak deretan pihak merasa sakit hati dan tak menerima putusan. Akhirnya mereka terus menerus melancarkan serangan untuk pemerintah.
Agar fenomena serupa tak terjadi di Pilpres 2024 mendatang, Ujang menyarankan agar PDIP membuat poros baru atau mencalonkan capres dan cawapres sendiri.
Baca Juga: PDIP Dituding Biang Kerok Batalnya Piala Dunia U-20, Puan: Waduh Seram Banget Kalau Menggagalkan
Pasalnya, PDIP menjadi satu-satunya partai yang mengantongi tiket emas memenuhi aturan 20 persen presidential threshold. "Pasangan capres dan cawapres harus banyak agar rakyat punya pilihan, tidak terjadi polarisasi seperti Pilpres 2019 lalu," ungkapnya.
Ujang meyakini koalisi besar sudah satu suara dengan Jokowi mengusung Prabowo Subianto menjadi capres. Nama Ganjar Pranowo diprediksi sudah disingkirkan dari daftar pencalonan karena terang-terangan menentang Israel di Piala Dunia U-20 di Indonesia.
"Dari 3 besar elektabilitas tinggi hanya Prabowo yang ada di koalisi besar," tandasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan