Menu


Puasa Bisa Menjadi Perisai Manusia dari Api Neraka

Puasa Bisa Menjadi Perisai Manusia dari Api Neraka

Kredit Foto: Pixabay/Jeroným Pelikovský

Konten Jatim, Jakarta -

Ustaz Khalid Basalamah menyatakan bahwa berpuasa bisa menjadi perisai bagi manusia agar terhindar dari api neraka.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, hadits ini berbunyi:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

Artinya: “Puasa adalah perisai” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Maka dari itu, Ustaz Khalid mengingatkan kita untuk menjaga diri kita dari berbagai perbuatan buruk, bahkan menjaga syahwat guna menghindari api neraka.

“Oleh karena itu, untuk menjadikan puasa sebagai perisai api neraka, maka kalian kalau lagi berpuasa harus jaga ucapan kalimat syahwat kecuali para pasangan halal, suami atau istri,” ujar Ustaz Khalid.

Baca Juga: Berpuasa Bukan Hanya Tentang Menahan Rasa Lapar dan Haus

Ustaz Khalid pun menegaskan bahwa kata-kata seperti sayang hingga rindu merupakan bagian dari kata penuh syahwat sehingga perlu dihindari.

“Sayang, cinta, rindu, ini paketnya hanya pasangan suami-istri, yang lain tidak boleh. Pacaran haram, tidak boleh,” ucapnya.

Sementara itu, Ustaz Khalid menyatakan bahwa puasa bukanlah ajang untuk sekadar menahan rasa lapar dan haus selama sebulan.

Jika pandangan kita terhadap puasa hanya sekadar menahan lapar dan haus, maka puasa yang kita jalani pun hanya sekadar mendapatkan rasa lapar dan haus saja.

“Jangan pernah berpuasa hanya dari lapar dan haus karena kata Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam, berapa banyak orang yang tidak makan dan minum atau berpuasa tidak mendapatkan kecuali haus dan lapar saja,” kata Ustaz Khalid.

Baca Juga: Mengapa Puasa Bisa Mengangkat Derajat Manusia? Begini Penjelasan Ustaz Khalid Basalamah

Apa yang disampaikan oleh Ustaz Khalid pun terdapat di dalam hadits sahih. Hadits ini berbunyi:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi–yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).