Silaturahmi yang digelar Partai Amanat Nasional (PAN) dengan mengundang partai politik pendukung pemerintah disinyalir sebagai bentuk konsolidasi untuk memastikan Jokowi menjadi King Maker dalam Peta Politik 2024 mendatang.
Menurut Peneliti dari The Indonesian Institute (TII) Arfianto Purbolaksono hal tersebut sekaligus membuktikan Jokowi bukan lagi petugas partai.
"Jokowi pasca (Pemilu) 2019 sudah memiliki power yang sangat besar. Beliau sudah bukan lagi petugas partai. Solidnya dukungan partai dan relawan saat beliau terpilih untuk di periode kedua membuat Jokowi bisa dikatakan menjadi king maker untuk 2024," ujarnya saat dihubungi Suara.com pada Senin (3/4/2023).
Baca Juga: Golkar: Koalisi Besar, Peluang Kemenangan Lebih Besar
Sehingga, ia mengemukakan, yang dilakukan dengan mempertemukan lima partai politik propemerintah tersebut merupakan bagian dari konsolidasi politik dalam menentukan calon presiden.
Saat ditanya kemungkinan akan mengusung capres pada Pilpres 2024 mendatang, Arfianto mengungkapkan, bisa jadi ada kecenderungan untuk mendorong Prabowo Subianto.
Kemungkinan tersebut berdasarkan hasil dari musyawarah rakyat (musra) yang dilakukan relawan Jokowi di berbagai daerah.
"Kalau lihat hasil musra kecendrungan ke Prabowo ya. Jika konsolidasi pendukung memiliki kesamaan pandangan dan deal siapa yang dicalonkan bisa aja prabowo dan tokoh dari koalisi KIB atau non partai," ujarnya.
Ketika ditanya kemungkinan akan berduet dengan Ganjar Pranowo, Arfianto menilai hal tersebut masih harus menunggu persetujuan dari Ketua Umum PDIP. Namun hingga kini, Ganjar disebutnya belum mendapat restu dari Megawati Soekarnoputri.
"Makanya kemarin ingin mencari penerimaan atau dianggap loyalis ke Ibu Mega dengan penolakan gelaran Piala Dunia," ujarnya.
Sementara untuk posisi PDIP saat ini, Arfianto mengemukakan jika partai berlambang banteng moncong putih tersebut bisa menyalonkan dari kalangan sendiri, karena sudah melewati ambang batas minimal untuk mencalonkan sendiri.
"PDIP partai besar. Mereka bisa nyalonin sendiri. Satu orang kader dan satu menterinya dari era Jokowi cukup bwt mereka. Misalkan, Kader PDIP dengan Menteri Basuki," ujarnya.
Dalam koteks tersebut, ia menilai bisa jadi nanti akan ada tiga calon presiden yang bertarung memperebutkan kursi RI-1 di Pilpres 2024. Namun ia menganalisa, jika ada tiga pasang capres-cawapres, kemungkinan besar akan terjadi pilpres dua putaran.
Baca Juga: Jokowi-Ketum Parpol Bertemu Tanpa Surya Paloh, Ujang Komarudin Sebut NasDem Sudah Tak Dianggap
"Kalau tiga pasangan dan jika ada dua putaran, kemungkinan akan gabung lagi, karena yang penting (bagi partai propemerintah) kan mereka bukan Anies," ujarnya.
Namun, ia menggarisbawahi, jika Jokowi tidak berhati-hati, bisa jadi kejadian yang dialami SBY kepada Megawati bisa berulang.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan