Andriadi Achmad, Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia, berpendapat koalisi besar tidak akan bisa dijamin untuk menang di Pilpres 2024. Dia mengatakan koalisi besar partai politik harus mengontrol jumlah calon presiden dan wakil presidennya yang diusungnya.
Wacana koalisi besar ini muncul setelah Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan dengan lima ketua umum partai politik di Kantor DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Kelima parpol merupakan pendukung pemerintah. Yakni, Gerindra, Golkar, PAN, PKB, dan PPP.
Baca Juga: Jokowi Beri Kode Dukung Bersatunya KIB dan KKIR, Potensi Tiga Duet Capres akan Muncul
"Menurut hemat saya, sebesar apapun koalisi yang dibentuk jika ketokohan capres-cawapres tidak mampu mengimbangi bisa saja kalah seperti Pilpres tahun 2014," ujar Andriardi kepada Republika.co.id, Senin (3/4/2023).
Saat itu kata Andriardi, Koalisi Merah Putih (KMP) yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa merupakan koalisi yang lebih besar dan mendominasi Koalisi Indonesia Kerja yang mengusung Jokowi-JK. Tetapi realitasnya, justru dimenangkan koalisi KIK (Jokowi-JK).
Karenanya, jika koalisi besar yang disebut-sebut merupakan gabungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) ini mengusung Prabowo agak berat. Menurutnya, sosok Ketua Umum Partai Gerindra ini sudah kehilangan momentum.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024