Menu


Ustaz Adi Hidayat Terangkan Sifat dan Perilaku Umat Yahudi dalam Al-Quran

Ustaz Adi Hidayat Terangkan Sifat dan Perilaku Umat Yahudi dalam Al-Quran

Kredit Foto: Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official

Konten Jatim, Jakarta -

Nabi Musa adalah nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran dan membimbing umat Yahudi. Sebagai nabi yang diutus Tuhan, Nabi Musa punya tugas yang cukup berat yakni membimbing dan mengajarkan mereka terkait ajaran-ajaran Allah SWT.

Membahas soal bangsa Yahudi, pendakwah Ustaz Adi Hidayat menjelaskan terkait sifat-sifat dan perilaku umat Yahudi dalam Alquran.

Dalam penjelasannya, dirinya menerangkan bahwa umat Yahudi zaman dahulu kerap mengingkari nikmat yang diberikan Tuhan.

Baca Juga: Kisah Kaum Yahudi: Menjadi Kafir Hanya Karena Nabi yang Diutus Berbeda Garis Keturunan

"Diberikan oleh Allah satu pengetahuan, informasi, bahkan ada yang bimbing juga, tapi kemudian pembimbingnya diingkari," ujar Ustaz Adi dari kanal YouTube Ceramah Pendek, dikutip Konten Jatim pada Jumat (31/3/2023).

"Bahkan ketika diberikan nikmat, gak pengen yang ini, pengen yang lain aja. Padahal semua sudah jelas, dia tahu ilmunya, dia tahu dasarnya, dia tidak mencari Tuhan selain Allah, cuma dia sengaja tinggalkan Allah," sambungnya.

Ustaz Adi memberikan contoh perilaku bangsa Yahudi, yakni saat mereka menginginkan untuk melihat Allah secara langsung. Hal ini disinggung dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 55, yang berbunyi:

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak akan percaya kepadamu sampai kami melihat Allah dengan jelas", maka kamu ditimpa petir karena kelalaianmu, sedang kamu melihat (kejadian itu)." (QS. Al-Baqarah ayat 55)

Ayat tersebut menceritakan saat Nabi Musa AS membawa bangsa Yahudi keluar dari Mesir dan mereka tiba di dekat gunung Sinai. Di sana, Nabi Musa AS diangkat untuk bertemu dengan Allah SWT dan menerima wahyu-Nya, sementara bangsa Yahudi menunggu di bawah gunung.

Baca Juga: Ini Alasan Orang Yahudi Tak Ingin Beriman Kepada Nabi Muhammad

Saat Nabi Musa AS meninggalkan mereka untuk naik ke atas gunung, bangsa Yahudi meminta agar mereka juga dapat melihat Allah SWT secara langsung sebelum mereka akan percaya sepenuhnya pada ajaran Nabi Musa AS. Namun, permintaan tersebut ditolak dan mereka diingatkan bahwa melihat Allah SWT secara langsung bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan oleh manusia.

Namun, bangsa Yahudi tetap tidak percaya dan memohon untuk melihat Allah SWT. Sebagai hukuman atas ketidakpercayaan mereka, gunung Sinai gemetar dan hancur, dan mereka yang berada di sekitarnya mengalami petir dan gempa bumi.

Kejadian ini diabadikan dalam Alquran sebagai peringatan bagi umat manusia agar tidak sombong dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT.

"Tiba-tiba datang petir menyambar ke gunung tadi, hancur semuanya. Dan mereka meninggal seketika, diwafatkan sementara oleh Allah, dihidupkan kembali. Supaya mereka menyadari, oh ternyata kita gak bisa liat Allah tapi kita bisa membuktikan bahwa Allah itu haq (benar adanya) walaupun belum bisa liat saat di dunia," kata Ustaz Adi.

Tak hanya itu, Ustaz Adi menceritakan perilaku lain dari bangsa Yahudi, yakni saat sebagian dari mereka membuat berhala atau patung yang disembah.

Baca Juga: Kisah Husain bin Salam: Fadri Yahudi yang Memilih Masuk Islam Setelah Mempelajari Kitab Taurat

Kisah tentang patung Samiri dan Nabi Musa AS dan kaum Yahudi dapat ditemukan dalam Alquran, tepatnya dalam Surah Thaha ayat 85-97.

Setelah Nabi Musa AS pergi ke atas Gunung Sinai untuk menerima wahyu dari Allah SWT, beberapa orang dari kaum Yahudi membuat patung anak sapi dari emas sebagai suatu bentuk ibadah yang mereka anggap sebagai wakil bagi Tuhan mereka.

Namun, ketika Nabi Musa AS turun dari gunung dan melihat hal tersebut, ia marah dan menegur mereka atas perbuatan tersebut. Nabi Musa AS menghancurkan patung tersebut dan menanyakan siapa yang membuatnya. Beberapa orang dari kaum Yahudi menunjuk Samiri sebagai orang yang membuat patung tersebut.

"Begitu jalan, (kata mereka) 'eh kalau yakin dengan Allah, Allah kayak gimana ya? Itu Samiri punya patung, dibuat dari sapi. Begitu Musanya minta izin untuk mendapatkan wahyu dari Allah di Bukit Tursina, (Nabi) Harun menjaga, liat orang-orang sekitaran menyembah sapi buatan Samiri," lanjut Ustaz Adi.

"Datang Nabi Musa. Pulang dari situ, marah beliau kan. Sampai kemudian diminta tobat sampai yang ngeyel diminta bunuh diri. Dibunuh dirinya untuk menunjukkan tobatnya pada Allah. Diampuni kesalahan mereka oleh Allah," ucapnya.

Baca Juga: Sejarah Kaum Yahudi: Enggan Memeluk Agama Islam Karena Nabi Terakhir Bukan dari Keturunannya

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kaum Yahudi zaman dahulu mengingkari Allah sebagai Tuhan.

"Mereka tahu Tuhannya itu Allah, mereka tahu ketentuannya ada dan sebagainya, cuman kemudian mereka palingkan, mereka tidak gunakan, mereka tepikan, hanya untuk selera nafsunya aja," sambungnya.