Presiden Jokowi sangat memahami bahwa masyarakat tentu saja kecewa dan sedih setelah FIFA mengumumkan bahwa Indonesia dibatalkan menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Namun, Jokowi mengimbau agar semua yang terlibat tidak terus saling menyalahkan. Ini harus dijadikan sebagai pengajaran dan bahan untuk menatap masa depan yang lebih cerah. Rakyat kecewa dan sedih, saya merasakan hal yang sama, kata Jokowi.
Seharian kemarin, di dunia nyata maupun dunia maya, publik rame-rame meluapkan kekesalannya setelah tahu Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Tak sedikit juga, bahkan sampai meluapkan kemarahannya pada pihak-pihak yang dianggap jadi penyebab atas kegagalan itu.
Baca Juga: Tak Komentari Batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia, Anies Baswedan Tuai Pujian
Presiden yang kemarin sedang melakukan kunjungan kerja di Makassar, Sulawesi Selatan, langsung bersikap. Pernyataan sikap itu disampaikan Jokowi di Lanud Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, kemarin.
Meskipun tak ada mimbar berlogo garuda, Presiden menyampaikan sikap atas keputusan FIFA tersebut. Meskipun kecewa dan sedih, Jokowi tetap meminta masyarakat untuk menghormati keputusan yang sudah dibuat FIFA.
"Saya tahu, keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa. Saya pun sama, juga merasakan hal itu. Kecewa, dan sedih," kata Jokowi, dalam keterangan persnya.
Namun, Jokowi berpesan kepada para pihak agar tidak menghabiskan energi, menyalahkan satu sama lain. Sebagai bangsa yang besar, ia mengajak semua pihak menatap ke depan, dan menjadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga, khususnya bagi persepakbolaan Indonesia.
Memang, pembatalan ini merupakan pukulan telak bagi Indonesia. Namun, masih ada "badai" yang berpotensi menghantam sepak bola Indonesia. Ketika FIFA menjatuhkan sanksi karena ketidakmampuan Indonesia menjaga komitmen.
"Saya telah meminta Ketua Umum PSSI, Bapak Erick Thohir, untuk terus berupaya semaksimal mungkin agar sepakbola Indonesia tidak terkena sanksi. Termasuk kesempatan untuk menjadi tuan rumah di event-event internasional lainnya," kata Jokowi.
Di Aceh, Wakil Presiden Kiai Ma’ruf Amin yang juga sedang melakukan kunjungan kerja, ikut bersuara soal keputusan pahit dari FIFA itu. Wapres mengajak rakyat agar tidak bersedih terlalu dalam.
"Apapun harus kita terima ya dengan ikhlas, tapi tidak berarti itu kemudian kiamat bagi dunia persepakbolaan kita. FIFA sendiri juga ingin tetap membina persepakbolaan nasional kita," kata Wapres, usai memberikan kuliah umum di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, kemarin.
Ma'ruf mengatakan, masih ada event-event internasional lain yang bisa diikuti pesepakbola Indonesia. Dia meminta semua pihak tidak menjadi pesimis setelah FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Keputusan batalnya penyelenggaraan U-20 ini tidak boleh membuat kita kemudian menjadi pesimis, menjadi patah semangat. Desain besar olahraga nasional kita itu tidak boleh terganggu," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali memilih menemui para pemain dan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (29/3) malam. Amali menatap wajah mereka satu per satu. Tatapan Pelatih Timnas Shin Tae Yong (STY) dan official Garuda Nusantara pun penuh kekecewaan.
Layaknya orang tua, Amali pun curhat, bagaimana hatinya hancur di hadapan Timnas Indonesia U-20. Ia memahami, seluruh tim telah mengorbankan segalanya untuk bisa berkompetisi di event sekaliber Piala Dunia.
"Mohon maaf. Saya harus menyampaikan. Permohonan maaf kepada Coach STY dan tim manajer, terutama anak-anak sekalian yang harus kehilangan mimpi bisa bermain di piala dunia," tutur Amali.
Ia juga meminta, seluruh insan sepakbola Indonesia bersiap menerima sanksi dari FIFA. Pasalnya, Indonesia dianggap tidak mampu menyelenggarakan ajang yang sudah disepakati untuk digelar di Tanah Air.
Seperti diketahui, Indonesia pernah dihukum FIFA karena Pemerintah dianggap mengintervensi PSSI, pada 2015 silam. Namun, saat ini situasinya berbeda. Amali memprediksi, potensi hukumannya akan lebih berat. "Kita tahu, kita tidak bisa," akunya.
Ia tidak mampu membayangkan, jika Timnas Indonesia dilarang mengikuti pertandingan FIFA di semua level, baik di dunia maupun ASEAN. Terdapat pula, sanksi lain yang mungkin diterima pada kompetisi-kompetisi yang dinaungi PSSI.
"Ujung kompetisi itu terbentuknya timnas. Kalau timnas tidak bisa berkompetisi, keluar dari event FIFA, kita tidak melakukan pembentukan timnas. Itu yang paling berat buat kita," beber Amali.
Karenanya, mantan menteri pemuda dan olahraga ini meminta dukungan agar persepakbolaan Tanah Air baik-baik saja. "Jadi kita tidak bicara lagi Piala Dunia, tapi bagaimana menyelamatkan sepakbola Indonesia. Mohon doanya," pinta Amali.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO