Ijtihad adalah usaha dan kerja keras dari mujtahid, orang yang melakukan ijtihad, dalam menentukan hukum dan syariat Islam
Pekerjaan untuk melakukan ijtihad bisa dikatakan tidak mudah dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Para mujtahid harus bisa berpikir dengan masak dan meminimalisir kesalahan agar mereka tidak menyesatkan banyak umat Islam karena keputusan yang sudah dibuat.
Para mujtahid ini juga harus mengikuti sejumlah persyaratan dan mengikuti prosedur dalam melaksanakan ijtihad. Bisa dikatakan, pahala yang diperoleh para mujtahid ini besar sekali karena mereka membantu menuntun umat Islam untuk tetap berada di jalan yang benar.
Baca Juga: Apa Itu Ijtihad? Sumber Hukum Islam Ketiga selain Al-Qur’an
Lantas, apa saja contoh ijtihad yang ditemukan oleh para mujtahid ini? Berikut penjelasannya beserta metode dan syarat yang harus mereka lalui, menyadur situs Universitas Islam An Nur Lampung dan beberapa sumber lain pada Kamis (30/3/2023).
Syarat dan Metode Ijtihad
Mereka yang hendak menjadi mujtahid harus mengikuti sejumlah kualifikasi yang diminta agar bisa melakukan ijtihad dengan baik dan benar. Seperti yang sudah dijelaskan, ijtihad bisa berpengaruh kepada kehidupan masyarakat Muslim secara luas.
Setidaknya, ada 8 persyaratan yang harus diikuti untuk menjadi mujtahid. Berikut 8 persyaratan yang dimaksud:
Baca Juga: Dalil Aqli: Urgensi Akal yang Sangat Tinggi dalam Syariat
- Kemampuan Bahasa Arab yang amat baik;
- Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang Al-Qur’an;
- Memahami Al-Sunnah secara memadai;
- Mengetahui letak ijma’ dan khilaf;
- Mengerti apa itu Maqashid al-Syariah;
- Penalaran dan pemahamannya tepat;
- Mendalami Ushul Fiqih;
- Niat dan itikad yang kuat.
Selain itu, melakukan ijtihad juga tidak sembarangan. Para mujtahid juga punya metode yang umum sekali dipakai ketika melaksanakan mujtahid. Ini bertujuan agar mereka bisa mencapai hasil akhir yang maksimal dan bisa dipahami oleh masyarakat luas.
Dalam melakukan ijtihad, setidaknya terdapat 7 tahapan yang perlu dilakukan para mujtahid. Tahapan yang dimaksud di sini adalah:
Baca Juga: Apa Akibat Melanggar Syariat Islam? Tidak Hanya Dapat Dosa
- Ijma: Persetujuan para ahli akan suatu masalah;
- Qiyas: Menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah;
- Istidlal: Menetapkan dalil terhadap suatu peristiwa;
- Maslahah Mursalah: Mencari hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab-kitab hadits;
- Istihsan: Menemukan hukum dengan cara menyimpang dari ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial;
- Istihsan: Menetapkan hukum suatu hal menurut keadaan yang terjadi sebelumnya;
- Urf: Hal yang tidak bertentangan hukum Islam dapat dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.
Contoh Ijtihad
1. Menentukan Cukai
Di masa kekhalifahan Umar Bin Khattab, para mujtahid bersama merembukan besaran cukai yang wajib dikenakan oleh pedagang asli yang sedang berdagang di wilayah mereka. Ini disebabkan karena topik cukai belum dibahas di Al-Qur’an dan hasilnya, penetapan cukai disamakan dengan pedagang Islam yang ada di sekitar sana.
2. Menentukan Bulan Ramadhan dan Bulan Syawal
Penentuan Bulan Ramadhan dan Bulan Syawal pun juga dilewati melalui ijtihad. Para mujtahid pada akhirnya menemukan hilal sebagai cara untuk mengetahui kapan Bulan Ramadhan tiba dan berakhir.
Baca Juga: 3 Tingkatan Syariat Islam Yang Perlu Dipahami Umat Muslim
3. Transaksi Pinjaman di Bank
Sebagaimana yang diketahui, di zaman Nabi Muhammad SAW tidak ditemukan bank dan topik ini juga tidak tercantum dalam Al-Qur’an. Dengan demikian, mujtahid memutuskan untuk menganggap pinjaman ke bank konvensional dengan bunga tertentu termasuk dalam konteks riba yang diharamkan Agama Islam.
