Menu


Apa Itu Wara’? Meninggalkan Hal yang Tidak Jelas dalam Islam

Apa Itu Wara’? Meninggalkan Hal yang Tidak Jelas dalam Islam

Kredit Foto: Pixabay/Syauqi Fillah

Konten Jatim, Depok -

Dalam Agama Islam, harus diakui banyak hal yang kejelasannya masih dipertanyakan oleh umat Islam. Ketidakjelasan ini bisa bersumber dari hadits dhaif, dakwah yang tidak jelas atau sekedar simpang siur yang disebarkan oleh non-ahli.

Informasi tidak jelas, selama tidak merugikan, bisa saja tetap dilaksanakan. Namun, mereka yang bijak tentunya akan selalu berusaha meninggalkan dan menjauhi hal yang tidak jelas keabsahannya dalam Agama Islam serta mengikuti yang benar-benar absah.

Hal tersebut merupakan sekelumit penjelasan dari sifat wara’. Menyadur Republika pada Selasa (28/3/2023), berikut penjelasan lebih lengkap mengenai apa itu wara’.

Baca Juga: Hukum Membakar Al-Qur’an dalam Agama Islam: Diizinkan, Asal…

Apa Itu Wara’?

Dijelaskan kalau secara etimologi, wara’ diambil dari huruf waw dan ra. Jika digabungkan, kata wara’ memiliki arti sebagai “menahan” atau “mengepal”. Artian tersebut bisa dikatakan sesuai dengan makna wara’ secara terminologi.

Kata wara’ menurut terminologi punya arti sebagai “menjaga kesucian, yaitu menahan diri dari yang tidak pantas.” Maksud dari sesuatu yang tidak pantas ini pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak diketahui pasti kebenaran atau dibolehkan dalam Agama Islam.

Ini sesuai dengan definisi wara’ menurut syariat Islam, yakni meninggalkan yang meragukan, menentang yang membuat umatnya tercela. Dan di saat bersamaan, mereka akan mengambil yang lebih terpercaya, mengarahkan diri kepada yang lebih hati-hati. 

Kehati-hatian ini adalah sifat yang tidak dimiliki oleh banyak Muslim. Terlebih, mereka yang merasa fanatik dalam Agama Islam berpotensi menerima dan menelan semua informasi tanpa terlebih dahulu diperhatikan kebenarannya.

Di sini, bisa dikatakan kalau sifat wara’ menempati tempat yang cukup tinggi dan dianggap mulia oleh Agama Islam. Sifat wara’ merupakan bagian dari ketakwaan yang mana takwa tidak akan tercapai kecuali diiringi sikap wara’. 

Baca Juga: Mengenal Kultum, Kuliah Singkat Keislaman dan Kaitannya dengan Ceramah

Tingkatan Sifat Wara’

Mencapai sifat wara’ memang bukan perkara mudah, terlebih di saat teknologi memudahkan para Muslim memperoleh informasi yang tidak diketahui pasti sumber aslinya, membuat mereka kesulitan untuk mempercayai antara benar dan salah.

Para ulama sendiri membagikan beberapa tingkatan wara’ yang bisa diraih umat Islam. Jika diterapkan dengan baik, konsisten dan penuh kesabaran, niscaya sifat wara’ bisa diraih. Berikut tingkatan sifat wara’:

Baca Juga: Profil Ibnu Sina, Ilmuwan Paling Berpengaruh dalam Islam

  • Meninggalkan yang haram;
  • Menahan diri dari yang syubhat;
  • Meninggalkan kebanyakan perkara yang mubah dengan mengambil yang benar-benar penting saja.

Tingkatan pertama bisa dengan mudah dilakukan oleh banyak orang. Namun, memasuki tingkatan kedua, hanya segelintir yang mampu melakukannya. Dan tingkatan terakhir hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang shalih.