Menu


Biografi Diponegoro, Pangeran yang Ditangkap Saat Perjuangkan Kemerdekaan

Biografi Diponegoro, Pangeran yang Ditangkap Saat Perjuangkan Kemerdekaan

Kredit Foto: IKPNI

Konten Jatim, Jakarta -

Pangeran Diponegoro lahir pada Jumat Wage tanggal 7 Muharram Tahun Be atau 11 November 1785 Masehi saat menjelang fajar. Ia lahir dari rahim Raden Ayu Mangkorowati.

Awalnya, ia diberi nama Raden Mas Mustahar oleh sang ibu, dengan ayahnya Raden Mas Surojo, yakni putra Hamengkubuwana II yang kelak kemudian hari menjadi Sultan Hamengkubuwono III.

Pada 1805, nama Raden Mas Mustahar diganti menjadi Raden Mas Ontowiryo oleh kakeknya, Sultan Hamengkubuwono II. Pada 1812, saat ayahnya naik tahta menjadi Hamengkubuwono III, Raden Mas Ontowiryo diberi gelar pangeran dan nama Pangeran Diponegoro.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Penangkapan Pangeran Diponegoro, Abadi dalam Lukisan

Tercatat, sepanjang hidup Diponegoro, ada delapan wanita yang pernah dinikahinya. Pernikahan pertama terjadi pada 1803 dengan Raden Ayu (RA) Retna Madubrongto, putri Kyahi Gedhe Dadapan, dari desa Dadapan, sub distrik Tempel, dekat perbatasan Kedu dan Jogyakarta.

Antara 1825-1830, terjadi perang besar di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur yang hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis Belanda di Indonesia. Peperangan ini  dipimpin oleh Pangeran Diponegoro sendiri, bangsawan kesultanan Yogyakarta.

Baca Juga: Ini Sosok yang Pantas Mendampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024 Menurut JK

Terdapat berbagai sebab Pangeran Diponegoro melawan Belanda, dan itu bukan karena kepentingan pribadi, tetapi menegakkan kemerdekaan dan keadilan. Menurut laman Pahlawan Perpustakaan Nasional, berikut daftarnya:

1. Kaum bangsawan Kesultanan Yogyakarta merasa tidak puas, karena:

  • Mereka dilarang menyewakan tanahnya kepada pengusaha-pengusaha swasta untuk perkebunan-perkebunan oleh Belanda. Pasalnya, ini menjadi saingan bagi Belanda yang juga mengusahakan perkebunan-perkebunan.
  • Daerah Kesultanan Yogyakarta yang terletak di antara Pekalongan dan Semarang dirampas oleh Belanda.
  • Kekuasaan dan kewibawaan para bangsawan makin terdesak oleh Belanda, baik di pusat maupun di daerah-daerah.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hari Musik Nasional ‘Musik Indonesia Keren’

2. Kaum Ulama Islam semakin kecewa karena meluasnya adat kebiasaan barat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal, ajaran Islam bagi kaum ulama merupakan alat untuk pendidikan moral. 

Oleh sebab kaum ulama memandang bahwa keburukan moral itu bersumber dari Belanda, maka Belanda harus disingkirkan.

3. Rakyat jelata makin menderita akibat adanya berbagai pungutan pajak dan kewajiban kerja paksa.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Penandatanganan Perjanjian Renville antara Indonesia Dan Belanda

Adapun, perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap Belanda mencakup peristiwa meletusnya perlawanan Pangeran Diponegoro pada 1825, peperangan Diponegoro, hingga akhir perlawanan Pangeran Diponegoro kala ia dikhianati dan ditangkap oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock. 

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan