Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster saat ini mendapatkan kritikan tajam dari warganet di sosial media mereka setelah menolak tegas kedatangan Timnas Israel.
Pasalnya, setelah beberapa pemimpin daerah ini menolak tegas kedatangan rakyat Israel, Drawing Piala Dunia U-20 yang seharusnya diadakan di Bali justru dibatalkan oleh FIFA.
Hal ini membuat Indonesia terancam mendapatkan sanksi terberat dari FIFA yaitu pembekuan sepakbola secara keseluruhan.
Beberapa netizen menyebut kedua gubernur tersebut melakukan gimmick dan terlalu banyak mencampuradukkan politik dengan olahraga.
Mereka mempertanyakan apakah mereka berani bertanggung jawab kepada seluruh insan sepakbola nasional termasuk atlet, ofisial hingga para staf jika Indonesia dibanned oleh FIFA.
"Emang kalo Indonesia di banned FIFA anda mau ngasih makan para pemain? PSSI sudah mempersiapkan beberapa tahun untuk event ini dan terancam batal begitu saja gara gara orang orang politik macam anda?" sebut akun Awer di kolom komentar Wayan Koster.
"BEDAKAN SEPAK BOLA DENGAN POLITIK," komentar lainnya.
Sementara itu, Ganjar dan Koster berargumen bahwa mereka menolak kedatangan Timnas Israel untuk mendukung kemerdekaan Palestina sesuai amanat Presiden RI pertama, Soekarno.
Ganjar menyatakan bahwa ia sudah meminta panitia untuk tetap menyelenggarakan Piala Dunia tanpa Timnas Israel di Indonesia dan menambahkan bahwa FIFA World Cup U-20 bisa tetap dilaksanakan tanpa mengorbankan komitmen pendiri bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina. Koster juga menyampaikan hal serupa dengan alasan penjajahan atas Palestina.
Baca Juga: Gabungan Ormas Tolak Kedatangan Timnas Israel ke Indonesia untuk Berlaga di Piala Dunia U-20
"Kami menolak karena Israel melakukan gangguan atau penjajahan terhadap Palestina," tutur politisi PDI Perjuangan itu, pada Jumat (24/3/2023) lalu.
Terkini, Argentina jadi salah satu negara yang sudah mengajukan diri untuk menggantikan Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO