Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Gusma memberikan tanggapan terkait penolakan yang beragam atas kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia.
Indonesia sendiri memang belum mengetahui bahwa Israel akan menjadi salah satu negara yang lolos dalam Piala Dunia U-20 sehingga isu ini baru dipermasalahkan sekarang.
Gusma menjelaskan, sebagai tuan rumah, nama baik Indonesia akan dipertaruhkan. Tentu suksesnya penyelenggaraan akan berdampak signifikan bagi Indonesia dimata dunia. "Geliat ekonomi dalam negeri, UMKM dan sektor lainnya selama perhelatan Piala Dunia U-20 juga menjadi target yang dikejar oleh pemerintah," tutur Gusma.
Sebenarnya, keterlibatan Israel di berbagai event internasional yang digelar di Indonesia sudah terjadi beberapa kali juga, tercatat misalkan delegasi Parlemen Israel pernah datang ke Sidang Majelis Ke-144 Inter-Parliamentary Union (IPU) di BICC, Nusa Dua, Bali, tahun 2022.
Baca Juga: Tak Masalah Timnas Israel ke Indonesia, Ketua PBNU: Belum Tentu Palestina Rugi
Tahun 2015 pemain bulu tangkis Misha Zilberman juga pernah tampil di Kejuaraan Dunia BWF yang digelar di Istora Senayan, selanjutnya pada 24-26 September 2022, atlet panjat tebing Israel Yuval Shemla juga pernah berlaga di Piala Dunia panjat tebing yang digelar di Jakarta.
Lalu pada Februari lalu, pembalap sepeda Mikhail Yakovlev juga pernah berlaga di kejuaraan dunia UCI Track Nations Cup 2023 yang digelar di Velodrome Jakarta. Perwakilan Israel juga pernah berlaga di Kejuaraan Dunia Esport IESF ke-14 yang juga digelar di Indonesia.
"Artinya konteks Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan event internasional, selama ini tetap tidak mengubah sikap kita terkait praktek imperialisme dan dukungan moril kita pada Palestina. Justru dengan keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah nantinya akan semakin memperkuat pengaruh Indonesia untuk mengkampanyekan perdamaian dunia," ujar Gusma.
Mencermati dinamika di dalam negeri, sebagai langkah diplomasi, Pemuda Katolik berharap pemerintah dan PSSI bisa berkomunikasi kepada FIFA untuk semisal meniru langkah IOC dalam Olimpiade Tokyo 2020.
"Pemerintah dan FIFA bisa saja berunding untuk memutuskan Israel hadir atas nama asosiasi dan tidak memutar lagu kebangsaan serta mengibarkan bendera Israel. Hal ini pernah berlaku pula pada kontingen Rusia dalam olimpiade terakhir. Skema ini bisa dilakukan sebagai jembatan atas ketiadaan relasi bilateral yang dipersoalkan sejumlah kepala daerah dan stakeholder terkait," jelas Gusma.
Di sisi lain, Gusma mengingatkan seluruh stakeholder persepakbolaan akan esensi sepakbola sebagai pemersatu bangsa."Sepak bola adalah bahasa universal bangsa-bangsa yang berbeda baik kultur maupun bahasa. Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 20 Mei 2023 sampai dengan 11 Juni 2023, harus diletakan dalam prinsip-prinsip baik penyelenggaraan sepak bola sesuai dengan semangat Fair Play FIFA."
Baca Juga: Tiga Kepala Daerah Ini Tolak Timnas Israel ke Indonesia, Salah Satunya Ganjar Pranowo
Gusma berpandangan bahwa Piala Dunia U-20 adalah peristiwa yang mempertemukan tim-tim dari latar belakang kultur, bangsa, dan bahasa yang berbeda. "Maka dari itu, melalui perbedaan itu kita dapat menjalin persahabatan yang kuat dan mempromosikan solidaritas global," jelas Gusma.
Sebagai penutup, Gusma menegaskan bahwa sepak bola harus dikembalikan kepada marwahnya. "Sebagai olahraga yang mempromosikan atmosfer positif dan sportifitas, serta hiburan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan," pungkas Gusma.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan