Menu


Jokowi Berperan Penting, Prabowo Unggul Jika Pilpres Dua Putaran

Jokowi Berperan Penting, Prabowo Unggul Jika Pilpres Dua Putaran

Kredit Foto: Twitter/Joko Widodo

Konten Jatim, Jakarta -

CEO Indo Barometer M Qodari mengatakan Presiden Joko Widodo merupakan salah satu faktor penentu kemenangan Pilpres 2024. Qodari mengatakan hal itu karena Jokowi mempunyai kekuatan elektoral yang kuat di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Indonesia Timur.

“Jokowi memiliki basis pemilih yang akan memperhatikan gerak-gerik gestur bahasa komunikasi kode Pak Jokowi. Ini yang dipantau nggak hanya parpol, tetapi pendukungnya juga mantau,” ujar Qodari dalam paparan survei bertajuk "Pemilu 2024: Konstelasi Variabel Penentu dan Pemenangnya" di Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Baca Juga: Kepuasan Publik Pada Jokowi Capai 72,3%, Ini 10 Alasannya

Qodari menjelaskan, Jokowi sebagai tokoh politik memiliki jaringan relawan yang banyak dan luas sejak 2014 hingga saat ini. Kehadiran relawan ini dapat membantu capres yang memiliki kedekatan dengan Jokowi.

Selain itu, kata Qodari, yang terpenting saat ini kepuasan publik terhadap Jokowi masih relatif tinggi. Berdasarkan survei Indo Barometer, survei kepuasan pada Jokowi 72,3 persen dan tidak puas 27,7 persen.

“Ini penting kalau kepuasan publik pada Jokowi ini tinggi, calon penantang itu akan lebih sulit, (calon) penantang itu (dapat) suara-suara tidak puas dengan Pak Jokowi,” ujarnya.  

Survei Indo Barometer ini dilakukan pada 12-24 Februari 2023 dengan metode wawancara tatap muka. Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan survei 1.190 responden dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dia pun membandingkan kondisi ini berbeda dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2013 lalu saat akan menghadapi Pilpres 2014. Saat itu, dukungan SBY tidak menjadi penentu kemenangan pilpres karena kepuasan publik saat itu di bawah 40 persen.

Baca Juga: Guntur Romli: Jangan Mimpi Prabowo Jadi Presiden Untuk Ganjar

Tingkat kepuasan publik ke SBY pada saat itu rendah berdasarkan Survei LSI Denny JA pada 22-25 Januari 2013. Yang puas 35,9 persen dan tidak puas 57,7 persen. Sedangkan, survei Indo Barometer pada 15-25 Maret 2013, yang puas pada SBY hanya 37,8 persen dan tidak puas sebesar 59,1 persen.

“Ini susah sebagai presiden petahana mengalahkan dukungan karena nggak diikuti masyarakatnya karena tidak puas. Jokowi pada hari ini berbeda dengan Pak SBY di 2013, sering ada yang mengatakan Jokowi presiden sudah lemah. Kalau kata saya tidak, karena kepuasan kepada Jokowi tinggi rakyat masih dengar apa kata dia,” ujar dia.

Selain Jokowi, kata dia, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga menjadi variabel penentu konstelasi final Pilpres 2024. Qodari mengatakan, meskipun saat ini ada tiga nama calon presiden yang mengemuka, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, konstelasi bisa berubah. Sebab, hingga saat PDIP sebagai partai yang dapat mengajukan capres tanpa berkoalisi dengan partai mana pun belum mengumumkan calon presidennnya.

“Semua tokoh politik pada hari ini menunggu keputusan Bu Megawati. Kenapa? Kalau Bu Mega belum mengambil keputusan ini susunan permainan bisa berubah. Jadi, Bu Mega sebagai variabel ditunggu, kalau Bu Mega nggak setuju Ganjar, tetapi Puan juga maju, dua-duanya berebut basis suara yang sama,” ujar Qodari.

Survei yang dilakukan Indo Barometer pada rentang 12-24 Februari 2023 ini menunjukkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih mengungguli Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam simulasi dengan tiga nama kandidat presiden, elektabilitas Ganjar sekitar 29,4 persen, unggul dari Prabowo 27,5 persen, dan Anies 23,9.

Dengan hasil ini, Qodari menilai, akan sulit jika pilpres digelar satu putaran. Sebab syarat kemenangan pilpres adalah pasangan capres memperoleh 50 persen plus satu. “Karena pertarungannya ketat, saya yakin pilpres ini sulit satu putaran, pasti dua putaran,” kata Qodari.

Namun, dalam survei simulasi dua nama yang dilakukan Indo Barometer, Prabowo unggul jika hanya head to head dengan Ganjar atau Anies. Elektabilitas Prabowo unggul sebesar 38,5 persen jika dihadapkan dengan Ganjar, yakni 35,4 persen.

Begitu juga dihadapkan dengan Anies, Prabowo unggul 40,3 persen, sedangkan Anies 30,7 persen. “Ini surprise karena Pak Prabowo di tiga nama itu nomor dua, Ganjar nomor satu, tapi begitu head to head kok Pak Prabowo unggul,” kata Qodari.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menanggapi berkembangnya isu yang memasangkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo. Gerindra bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kata dia, sudah memiliki mekanisme pengusungan pasangan capres dan cawapres.

“Namanya kan konfigurasi dibuat lembaga survei, kemudian opini masyarakat sah-sah saja, tetapi kan mekanisme di koalisi, mekanisme di partai ada sendiri nanti,” ujar Dasco.

Partai Gerindra dan PKB sudah meneken deklarasi pembentukan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya pada Agustus 2022. Keputusan terkait capres-cawapres berada di tangan Prabowo dan Abdul Muhaimin Iskandar selaku masing-masing ketua umum partai.

“Tinggal sepuluh bulan menjelang pilpres, komunikasi-komunikasi itu akan intens terus dilakukan, tetapi untuk Gerindra kan sudah disampaikan bahwa apa pun keputusan soal capres-cawapres diserahkan kepada Pak Prabowo dan Pak Muhaimin Iskandar,” ujar Dasco.

Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan, koalisi PKB dengan Gerindra sampai saat ini cukup solid. Termasuk komunikasinya terkait capres dan cawapres dengan Prabowo Subianto. Adapun terkait isu dipasangkannya Prabowo dengan Ganjar, Cak Imin tak mendengar adanya usulan tersebut dari Partai Gerindra.

Jikalau akhirnya memilih Ganjar sebagai cawapres, menurutnya itu tanda bahwa Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bubar. “Ya berarti koalisinya bubar dong. Ya toh?” ujar Muhaimin.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.