Menu


Botok Tempe, Makanan Jawa Timur yang Berangkat dari Kuliner Kuno

Botok Tempe, Makanan Jawa Timur yang Berangkat dari Kuliner Kuno

Kredit Foto: Instagram/Nur Laella Sari

Konten Jatim, Jakarta -

Botok tempe merupakan salah satu makanan khas Pasuruan yang berupa paduan tempe dan kelapa parut, lengkap dengan bumbu yang kemudian dikukus dalam daun pisang.

Menurut laman Budaya Indonesia, botok tempe juga berasal dari Mojokerto. Ia terbuat dari ampas kelapa yang diambil sarinya, lalu diberi bumbu dan dicampur dengan tahu, teri, udang, serta tempe.

Mengutip laman Museum Online Kota Pasuruan, kuliner yang satu ini punya aroma dan rasa yang eksotis. Terlebih, di Kota Pasuruan terdapat berbagai versi botok tempe. Yang jelas, botok tempe terdiri atas beberapa bahan yang menjadi campuran, seperti udang, kerang, teri lamtoro (petai cina), pete, daun singkong, sampai daun kesimbukan.

Baca Juga: Mengenal Nasi Flambe Khas Bojonegoro dan 4 Kuliner Setaranya

Bumbu botok tempe pun beragam, termasuk bumbu kunyit, bumbu agak kecoklatan, dan juga bumbu putih.

Botok tempe umumnya disajikan bersama nasi jagung. Di Mojokerto, botok tempe yang terkenal ialah Botok Mbah Parti, berlokasi di depan Masjid Al Fatah dekat Alun-Alun Mojokerto. Warung botok yang satu ini buka mulai pukul 6 sore dan tutup sebelum pukul 11 malam karena habis.

Baca Juga: Menelisik Pesona Air Terjun Dlundung Mojokerto dan Misterinya

Seporsi nasi jagung dan botok tempe di sana dijual seharga Rp5 ribu saja, sangat murah.

Secara umum, botok sendiri disebut makanan kuno yang masih bertahan hingga saat ini. Dalam bahasa Jawa, botok disebut pula sebagai bothok, makan khas yang berangkat dari ampas atau bungkil kelapa yang sarinya telah diambil menjadi santan.

Menurut laman Halo Pacitan, botok awalnya dimasak agar ampas kelapa tidak dibuang. Pasalnya, ini bergizi.

Baca Juga: Icip Sambal Wader Bu Tin yang Legendaris Mojokerto, Kepo Resepnya?

Di Masyarakat, terdapat berbagai jenis botok yang dikenal selain botok tempe. Misalnya, botok lamtoro, botok ikan asin, botok sembukan, bahkan juga ada masyarakat yang berkreasi membuat botok daging, botok ayam, botok udang, dan lain sebagainya.

Sejatinya, botok telah tercatat dalam kitab Dewaruci, menurut arkeolog dan sejarawan UM DWI Cahyono. Namun, botok yang dimaksud bukan dalam konteks makanan, tetapi merujuk sebangsa tumbuhan.

Baca Juga: Kupang Kraton Hj. Qomariyah, Kuliner Pasuruan Manjakan Lidah

Namun begitu, botok sendiri disebut sebagai kuliner kuno dengan berbagai sebutan yang berbeda sejak zaman dahulu. Misalnya, pepes, brengkes, dan lain sebagainya, yang meskipun memakai daun pisang pula sebagai pembungkus, tetapi dikemas berbentuk lintingan dan dikukus.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO