Selain hasil survei elektabilitas yang masih diragukan, pengamat politik Refly Harun melihat ada alasan lain Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri masih ragu mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres).
Refly menilai, Megawati juga ragu akan kesetiaan Ganjar terhadap dirinya dan trah Soekarno, seperti Puan Maharani. Hal tersebut dikarenakan kehormatan Megawati belum tentu dimiliki Puan.
"Apakah kalau menang, dijamin akan setia kepada Megawati dan atau trah Soekarno seperti Puan? Rasanya sulit memegang itu. Orang mungkin masih bisa setia dengan Megawati karena dia the founding mother of PDIP, karena dialah ketum PDIP sejak pertama ingga sekarang," ujar Refly Harun, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Senin (20/3/2023).
"Tetapi kepada Puan Maharani, she has no legacy like her mother. Jadi legacy-nya tak seperti Megawati karena itu penghormatan, ketaatan, antara Megawati dan Puan Maharani berbeda," tambahnya.
Hal tersebut tentunya menjadi hal yang mengkhawatirkan mengingat usia Megawati tidak muda lagi. Tidak mungkin ia akan terus menjadi pemimpin PDIP.
"Megawati berusaha mendongkrak elektabilitas, popularitas Puan, tapi tidak naik juga. Jadi yang bingung orang-orang yang banyak kursinya, yang bisa mencalonkan sendiri," tambah Refly.
Sebelumnya Refly Harun melihat bahwa letak kedilemaan Megawati terhadap Ganjar adalah soal hasil survei. Apakah benar elektabilitas Ganjar setinggi itu? Hal tersebut dikarenakan, kata Refly, Megawati pernah "tertipu" lembaga survei.
"Kalau Ganjar dicalonkan ada dua hal, satu apakah iya dia punya elektabilitas sebagaimana yang disiarkan lembaga survei? Karena kata Rizal Ramli, Megawati pernah "tertipu" ketika enam lembaga survei kemudian me-make the incumbent right now untuk nomor satu elektabilitasnya," jelas Refly.
Beberapa waktu lalu ekonom senior Rizal Ramli di kanal YouTube Refly Harun mengatakan bahwa ia yakin Megawati tidak akan tergoda mengusung figur berdasarkan hasil survei elektabilitas.
Rizal menjelaskan bahwa Megawati pernah terkecoh dengan hasil survei ketika mengusung Jokowi sebagai capres pada Pilpres 2014 dan 2019.
“Yang pertama bilang sama Mega dan Taufiq, ‘Mbak Mega, mohon maaf, kalau Mbak Mega yang maju, kalah. Tapi kalau PDIP dukung Jokowi pasti menang jadi presiden. Yang kedua ada bonus ‘Jokowi effect’, elektabilitas PDIP akan nambah ke 33 persen’” jelas Rizal.
Namun pada Pilpres 2014, Jokowi memang terpilih sebagai presiden. Tapi, elektabilitas PDIP hanya naik dari 16,5 persen ke 18,5 persen. Angka tersebut tidak sesuai angka yang disampaikan para lembaga survei.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO