Juru bicara Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi memberikan balasan bernada satire terhadap tudingan Anies Baswedan soal adanya menteri koordinator (Menko) yang ingin mengubah konstitusi.
Dengan bernada sindiran, Jodi menyatakan Anies sedang melontarkan teka-teki pada publik.
Dirinya juga menyatakan, kalau saat ini yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah sebuah kerja nyata dan kejelasan dalam bertindak, bukan hanya sekadar teka-teki.
Baca Juga: Ngabalin Balas Tudingan Anies: Selama di KSP, Tak Pernah Ada Menko Ingin Ubah Konstitusi
Tak hanya itu, salah satu Menteri Koordinator di kabinet Jokowi, yakni Menko Polhukam Mahfud MD pun ikut berkomentar.
Ketika dihubungi awak media, Mahfud mengaku tidak mengetahui menko mana yang dimaksud oleh Anies dalam pernyataannya itu.
Namun ia menegaskan tak ada satupun menko di kabinet Indonesia Maju yang pernah terpikir untuk mengubah konstitusi. Sebab, menurut dia, semua menteri di pemerintahan sudah diberi larangan untuk tidak berbicara terkait amandemen UUD 1945.
Sebelumnya, dalam acara 'Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Tokoh KAHMI' di Ancol pada Kamis lalu, Anies mengatakan ada Menteri Koordinator atau Menko yang berniat mengubah konstitusi.
Namun, Anies tidak menyebutkan nama ataupun menko bidang apa yang menurutnya ingin mengubah konstitusi di Indonesia. Ia hanya mengaku tidak habis pikir.
Anies mengatakan tak bisa membayangkan jika ada salah satu petinggi di pemerintahan yang ingin mengubah konstitusi secara terang-terangan. Lagi-lagi, ia juga tidak menjelaskan lebih lanjut maksud dari terang-terangan, seperti apa dan kapan hal tersebut dilakukan.
Baca Juga: Anies Klaim Ada Menko Jokowi Ingin Ubah Konstitusi, Siapa Sebenarnya Yang Disindir?
Walau begitu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyampaikan jika memang ada pernyataan kontroversial yang demikian, ada baiknya jika hal itu disampaikan untuk kalangan internal saja.
Menurutnya, kondisi tersebut bisa terjadi ketika ada orang-orang yang tidak memiliki komitmen terhadap demokrasi, sehingga makin berani mengutarakan pikirannya secara frontal dan terbuka.
"Ini bukan (karena) kualitas demokrasi menurun, tetapi karena orang yang tidak komit pada demokrasi semakin berani mengungkapkan pikiran terbukanya," kata Anies.
"Jadi (opini itu) tidak tabu, tetapi harus dilawan. Kenapa? Ini bukan melawan orang, tapi menyelamatkan semangat reformasi yang kita lakukan tahun 1998. Kita jaga itu, kalau tidak maka akan rusak," tambahnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024