Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabali menyatakan bahwa dirinya tak pernah bertemu dengan sosok menteri koordinator (Menko) yang Anies Baswedan singgung beberapa waktu lalu.
Anies sendiri sempat menuding bahwa ada Menko yang ingin merubah konstitusi dan memiliki sejumlah pengikut. Ngabalin sangat yakin bahwa tak ada sosok seperti yang Anies sebutkan.
"Selama saya di kantor KSP, saya tidak menemukan ada satu pejabat pemerintah, baik menteri, Menko punya perkataan yang begitu," kata Ngabalin di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Minggu (19/3/2023).
Politikus Partai Golkar ini justru mempertanyakan data yang diperoleh Anies menyatakan ada Menko ingin ubah konstitusi. Menurutnya perlu dicek dari mana sumber informasi yang menjadi rujukan.
Baca Juga: Beri Komentar Soal Safari Anies di Surabaya, Hasto PDIP: Safarinya Sepi
"Jadi kalau nanti ada orang yang menggunakan, data, narasi, diksi yang dibuat-buat saja untuk kepentingan publik dan popularitas elektabilitas saya kira itu nanti rakyat yang menilai," kata Ngabalin.
Sebelumnya, Anies menyinggung seseorang yang menjabat sebagai menteri koordinator secara terang-terangan ingin mengubah konstitusi. Ia menilai orang tersebut tidak mampu memegang komitmen kepada demokrasi.
Hal tersebut disampaikan Anies saat berpidato dalam acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh KAHMI Untuk Indonesia Maju.
"Ndak pernah terbayang kok ada orang yang berada di posisi kunci, menko, mengatakan mengubah konstitusi dengan jumlah berapa orang yang mendukung," kata Anies dikutip melalui YouTube Reborn TV pada Jumat (17/3/2023).
Anies tidak menyebut siapa menteri koordinator yang dimaksud. Hanya saja, pernyataan Anies tersebut merujuk pada pembahasan terkait pesta demokrasi yang digelar setiap lima tahun sekali.
Baca Juga: Anies Tuding Adanya Menko yang Ingin Ubah Konstitusi, Wakil Ketua MPR: Cuma Tuduhan dan Isu Saja
Bakal calon presiden yang diusung Partai Nasional Demokrat (NasDem) tersebut menilai pernyataan seorang menko itu tidak menurunkan kualitas demokrasi. Hanya saja orang seperti menko yang dimaksudkannya itu tidak memiliki komitmen kepada demokrasi.
Ia mewajarkan kalau misalkan pembahasan soal pengubahan konstitusi itu dilakukan di ruang-ruang pembicaraan tertutup. Namun, betapa kagetnya kalau pernyataan menko itu disampaikan kepada ruang publik.
"Hanya orang-orang yang tidak komit pada demokrasi itu makin berani mengungkapkan pikirannya secara terbuka, tidak tabu," terangnya.
Baca Juga: Makin Sering Kritik Pemerintah, AHY Bisa Naikan Daya Tawar Jadi Cawapres Anies
"Ini yang harus dilawan, ini bukan melawan orang ini menyelamatkan semangat reformasi 1998," sambungnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024