Menu


Apabila Ganjar, Prabowo, dan Anies Maju di Pilpres, Pakar Sebut Tak Akan Terjadi Polarisasi Ideologis

Apabila Ganjar, Prabowo, dan Anies Maju di Pilpres, Pakar Sebut Tak Akan Terjadi Polarisasi Ideologis

Kredit Foto: Inilah

Konten Jatim, Jakarta -

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menilai bahwa secara garis besar perbedaan ideologis di Indonesia terbelah antara nasionalis dan Islamis.

"Perbedaan ideologi yang memiliki tradisi panjang di Indonesia, kata Saiful, adalah politik Islam dengan politik nasionalis. Studi ini fokus pada salah satu dimensi polarisasi, yakni Islam versus nasionalis atau Islam versus Pancasila," ungkapnya, dikutip fajar.co.id dari keterangan tertulis, Jumat (17/3/2023).

Pakar politik ini membuat studi, publik diminta untuk memberi skor antara 0 sampai 10 pada dirinya sendiri. Skor 10 artinya menginginkan agar Islam berperan besar dalam kehidupan politik. Sementara 0 berarti menginginkan agar negara diatur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Baca Juga: Anies Dibilang Tak Berani Kritik Kebijakan Jokowi, Jubir Relawan Perubahan Ungkap Ini

Rata-rata skor yang diperoleh dari studi ini adalah 4,61. Angka ini menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan lebih pro pada Pancasila.

"Untuk urusan ngatur negara, kecenderungan skornya di bawah 5, lebih cenderung pada Pancasila dan UUD 1945, bukan pada politik Islam," jelas Saiful.
 
Saiful juga menggarisbawahi bahwa ada angka yang cukup menonjol, beda dengan yang lain, yakni pada skor 5. Ada 28,5 persen yang menyatakan bahwa posisi ideologisnya ada di angka lima atau tengah. Gambaran ini menunjukkan, kata Saiful, masyarakat Indonesia tidak terpolarisasi atau tidak terbelah. Yang banyak adalah yang moderat. Yang sangat menginginkan Pancasila hanya sekitar 20 persen, demikian pula yang sangat menginginkan Islam. Sisanya berada di tengah, dan mereka secara jumlah adalah yang paling besar.

"Ini mencerminkan kurva normal. Dan itu artinya tidak terjadi polarisasi dalam ideologi," tegasnya.

Baca Juga: Anies Bantah Curi Start Kampanye, Bawaslu: Kami Tetap Berpedoman pada Peraturan KPU

Saiful menegaskan bahwa masyarakat Indonesia tidak terbelah, tidak ekstrim Islam dan ekstrim Pancasila. Di antara titik ekstrim Pancasila dan Islam, ada ruang kelabu di tengah yang mempertemukan dua kecenderungan tersebut. Di sanalah masyarakat Indonesia berada dan menjalani hidup sehari-hari.
 
"Tanpa intervensi apa-apa, masyarakat kita moderat secara ideologis, walaupun moderatnya lebih cenderung pada Pancasila," lanjut Saiful.

Saiful menambahkan bahwa secara alamiah, sikap moderat adalah gejala umum masyarakat. Sementara yang ekstrim secara alamiah kecil.

Studi ini mengungkap bahwa jika pemilihan presiden terjadi antara Anies Baswedan melawan Ganjar Pranowo, apakah masyarakat kita akan terbelah, di mana pemilih Ganjar hanya dari kelompok yang pro Pancasila dan pemilih Anies hanya dari kelompok yang pro Islam? Survei ini menunjukkan tidak demikian. Pemilih Anies dan Ganjar, dalam soal ideologi, tidak berbeda.

"Tidak terjadi polarisasi ideologis antara pemilih Anies dan pemilih Ganjar," kata Saiful.

Hal yang sama terjadi jika pemilihan presiden mempertemukan Anies melawan Prabowo Subianto atau Ganjar melawan Prabowo. Dalam kasus ini juga tidak terjadi polarisasi. Pemilih kedua calon tidak berbeda secara ideologis.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Ada Menko Ingin Ganti Konstitusi, Pegiat Medsos: Bikin Isu Sendiri, Lawan Isu Sendiri

Saiful menegaskan bahwa data ini menunjukkan bahwa sejauh ini, polarisasi hanya kekhawatiran kelompok tertentu saja.
 
Data empiris menunjukkan pembelahan tersebut tidak terjadi. Perbedaan posisi partai atau kekuatan politik tidak membuat masyarakat menjadi terbelah sebagai anak bangsa. Ini, menurut Saiful, adalah kondisi masyarakat yang sehat dan normal.

Baca Juga: Imbas Desas-desus Pejabat Istana Mau Ganti UUD, PKS Teruskan Pesan Anies

"Polarisasi di tingkat elit tidak terjadi di tingkat massa. Pemilih Anies, pemilih Ganjar, dan pemilih Prabowo tidak terpolarisasi. Mereka memilih Prabowo, Ganjar, dan Anies bukan karena alasan ideologi, tapi faktor lain," simpulnya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Fajar.