Mantan gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden, Anies Baswedan, beberapa waktu lalu melakukan wawancara dengan ABC News Australia.
Dalam wawancara tersebut, Anies ditanya tentang label politik yang melekat pada dirinya yaitu politik identitas atau politisasi agama. Anies menggunakan politik identitas untuk melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2017.
Baca Juga: Ketika Ahmad Sahroni Berbeda dengan Surya Paloh soal Pilih Ahok atau Anies di Pilkada DKI 2017
Anies kemudian ditanya apakah dia menyesal menggunakan politisasi agama, yang mana dampaknya adalah memecah belah bangsa.
Namun Anies tidak mengakui bahwa dirinya terlibat dalam politisasi agama tersebut. Bahkan terkesan mewajarkan adanya politik identitas atau politisasi agama.
Hal ini disoroti oleh juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek 'Uki' Prayudi. Padahal jelas-jelas Anies menang karena memainkan sentimen agama.
"Anies tidak mengakui bahwa ia terlibat atau tidak dalam politisasi agama. Anies tidak menjawab kalau terlibat, sejauh mana keterlibatannya. Akan tetapi Anies mewajarkan dan seperti memberi pembelaan terhadap politisasi agama walaupun berdampak sadis," ujar Uki, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube COKRO TV, Kamis (16/3/2023).
Uki melanjutkan, banyak orang yang paham bahwa kemenangan Anies didapat dengan memainkan isu agama. Bagaimana tidak, saat itu di media sosial berseliweran caci maki terhadap etnis tertentu, bahkan ada seruan tidak akan mengurus jenazah seseorang yang memilih salah satu kandidat.
"Mereka yang rasional tentu paham bahwa politisasi agama melahirkan pemimpin yang terpilih bukan karena kualitasnya dalam mengambil kebijakan dan melaksanakan kebijakan yang telah diambilnya tersebut," jelas Uki.
"Mereka yang rasional tentu paham seorang pemimpin yang terpilih melalui proses politisasi agama itu simply terpilih karena agamanya," pungkasnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO