Menu


Kisah Panjang Depo Plumpang dan Pemukiman Warga, Ini Faktanya

Kisah Panjang Depo Plumpang dan Pemukiman Warga, Ini Faktanya

Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat

Konten Jatim, Jakarta -

Depo Pertamina Plumpang yang mengalami kebakaran hingga menghanguskan pemukiman di sekitarnya sempat disoroti. Bagaimana kisah depo pertamina ini ‘diserbu rumah warga’?

Seharusnya, lahan sekitar depo menjadi area steril karena kecelakaan semacam itu dapat terjadi sewaktu-waktu. Apalagi, nyatanya kebakaran serupa pernah terjadi di Depo Pertamina Plumpang pada 2009 lalu, memakan satu korban jiwa.

Kali ini, bencana kembali terjadi setelah Pertamina diminta untuk segera membebaskan lahan di sekitar depo, tetapi tak kunjung terlaksana. Bagaimana sejarahnya?

Baca Juga: DPR Yakin Kebakaran Depo Pertamina Terjadi Karena Kelalaian

Menurut berbagai sumber, Depo Pertamina Plumpang dulunya dikelilingi rawa. Dibangun pada tahun 1972, kawasan Plumpang semasa itu masih didominasi rawa-rawa. 

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati juga mengungkapkan awal Depo alias Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang itu menjadi dekat dengan permukiman warga.

Di depan Komisi VI DPR, Nicke menyebut Pertamina membeli lahan seluas 1.534.510 meter persegi pada 1971, untuk digunakan sebagai Integrated Terminal Jakarta dan di dalamnya terdapat Depo Plumpang.

Masa itu, lahan tersebut dibeli dari PT MASTRACO seharga Rp541 juta.

Baca Juga: PSI Dituding Numpang Popularitas Anies Lewat Kebakaran Depo Plumpang

"Saat itu 72 hektare digunakan untuk operasional Pertamina dan kosong sekitar 82 hektare di sekitar TBBM Plumpang," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Selasa, 14 Maret.

Pada tahun ‘80-an, situasi mulai berubah karena masyarakat mulai bertempat tinggal di dekat Depo Pertamina Plumpang pada awal tahun itu. Menurut Nicke, hal tersebut bisa dilihat kini padatnya hingga rumah-rumah masyarakat menempel di dinding pembatas terminal Plumpang.

Menurut dia, saat Pertamina melakukan inventaris 2017 silam, data pihaknya menunjukkan ada ada 34.707 orang dengan 9.234 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di dekat Depo Plumpang. Angka itu pun diprediksi sudah bertambah lebih banyak tahun ini.

Baca Juga: Depo Pertamina Plumpang Ingin Dipindahkan, Anggota DPR Tegaskan Penolakan

Presiden Joko Widodo sempat mengunjungi korban terdampak kebakaran Depo Plumpang. Dalam kesempatan itu, Jokowi menyebut kawasan tersebut adalah zona berbahaya yang tak bisa lagi ditinggali.

Adapun, anggota Komisi VII DPR, Abdul Kadir Karding lewat Antara menyebut, lokasi Depo Pertamina Plumpang tak ideal karena dekat dengan permukiman warga. 

Sementara itu, pengamat tata kota dari Universitas Al Azhar Nirwono Joga menyarankan relokasi permukiman warga di sekitar wilayah Depo Plumpang oleh pemerintah. Kawasan sekitar depo itu pun dimintanya menjadi zona penyangga alias buffer zone.

Baca Juga: Ikut Bicara Soal Kebakaran Depo Plumpang, Jokowi Diminta Tegur Menteri Luhut

"Kawasan depo dan sekitarnya harus ditata ulang dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan operasional depo dan warga, sehingga perlu jarak aman sebagai daerah penyangga atau buffer zone yang tidak boleh ditawar-tawar," ujar Nirwono saat dikonfirmasi Suara, Jumat, 10 Maret.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024