PKB dan Golkar mulai menjalin komunikasi intensif. Kedua pimpinannya, Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar, dari koalisi berbeda lambat laun menunjukkan tanda-tanda kedekatan. Ketika Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bersatu, mereka bisa menjadi kekuatan besar.
Namun, siapa yang paling pas diduetkan sebagai pasangan capres-cawapres? Direktur Eksekutif Indonesia Political Power, Ikhwan Arif menilai, bila melihat kategori partai terbesar, maka Golkar dan Gerindra yang berpeluang. “Maka Prabowo berduet dengan Airlangga yang paling mungkin terwujud,” kata Arif dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka, kemarin,
Baca Juga: Anggotanya Dekati Parpol dan Koalisi Lain, KIB Mulai Goyah
Dipaparkan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi, Golkar, PPP, dan PAN saat ini punya banyak nominasi bakal capres dan cawapres. Di KIB, nominasi kandidat terkuat hanya dari Golkar, yakni Airlangga Hartarto. PAN dan PPP mendukung tokoh-tokoh dari luar koalisi seperti Ganjar, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno.
Jika PAN dan PPP enggan dengan skema Prabowo-Airlangga, maka terbuka peluang mereka melebur dengan koalisi lain. “Atau tetap bertahan dengan kompensasi tertentu. Jika sudah jelas hitungannya menang, maka PPP dan PAN akan realistis tetap di KIB,” ujar dia.\Sedangkan PKB, kolega koalisi Gerindra di KIR, kemungkinan besar tetap ikut dengan Prabowo. Bagaimanapun, kata Arif, komunikasi Golkar dan PKB, telah membuka jalan dua koalisi ini menyatu.
“Katakanlah PKB partai ketiga terbesar di dua gabungan koalisi ini. Tinggal memilih Prabowo-Muhaimin, atau Prabowo-Airlangga. Tetapi sepertinya lebih mungkin Prabowo-Airlangga. Tinggal PKB diberi kesepakatan yang menguntungkan,” tuturnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO