Aktivis Syahdan Nainggolan membandingkan masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Hal ini terkait sinyal pencapresan dari Jokowi terhadap duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Pendukung Anies Baswedan itu menyebut bahwa sikap Jokowi dengan SBY berbeda.
Jokowi, kata Syahdan, cenderung sibuk mengurusi urusan pencapresan di masa kepemimpinannya, sementara SBY tidak begitu.
Menurutnya, SBY sangat netral terkait sosok calon presiden dan calon wakil presiden yang menggantikannya. Hal ini bisa dilihat saat Pilpres 2014.
Saat itu, besan SBY yakni Hatta Rajasa mencalonkan menjadi cawapres yang mendampingi Prabowo Subianto. Tetapi, SBY tak memberikan bentuk dukungan atau endorse pada ayah mertua dari Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) tersebut.
"Negatifnya buat Jokowi adalah, kenapa dia sebagai presiden ikut-ikutan intervensi pada copras capres 2024? Dia selalu melakukan satu endorsement ya kepada calon-calon," ujar Syahdan Nainggolan dari kanal YouTube tvOneNews, dikutip Konten Jatim pada Rabu (15/3/2023).
Akan tetapi, dari sinyal Jokowi buat duet Prabowo-Ganjar itu juga bisa dilihat sisi positifnya. Syahdan menyebut, ini menandakan bahwa Jokowi tetap menginginkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 terlaksana sesuai jadwal.
"Sekarang ini kan kita lihat Pemilu bakal ada. Jadi pertama kita harus apresiasi, secara positif Jokowi ketika mendukung secara perspektif imajiner Prabowo Ganjar atau Ganjar Prabowo ini, berarti Jokowi itu tetap ingin Pemilu 2024 terlaksana," tambahnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan