Usai memamerkan momen keakraban saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) kunjungan kerja di Kebumen, Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo digadang-gadang cocok untuk berduet di Pilpres 2024.
Hal ini pun dikomentari oleh kritikus Faizal Assegaf. Menurutnya, Prabowo-Ganjar dalam pengembalaan politik kekuasaan Jokowi.
"Pemilu berpotensi curang," ucap Faizal dalam keterangannya (13/3/2023).
Baca Juga: Adik Prabowo Klaim Sang Kakak Mustahil Jadi Cawapres Ganjar: Dia Jauh Lebih Senior
Dikatakan Faizal, bukan hanya sebatas restu, tapi Jokowi terlihat semakin agresif menggalang dukungan bagi Prabowo dan Ganjar.
"Soal siapa Capres dan Cawapres, masih digodok. Tergantung kuat-kuatan deal mahar politik, barang kali!" lanjutnya.
Lanjutnya, kontrasi panorama mabok kekuasaan yang ugal-ugulan, memberangus etika, merusak netralitas, dan melecehkan akal sehat publik. Namun, bagi Jokowi dan loyalisnya, ngotot dan tancap gas.
"Praktek kekuasaan otoriter yang demikian jelas merusakan tatanan bernegara. Buat apa ada pemilu bila kekuasaan presiden yang powerfull berubah menjadi tim sukses siluman?" bebernya.
Baca Juga: Lebih Senior, Hashim Sebut Mustahil Prabowo Jadi Cawapres Ganjar
Celakanya, lanjut Faizal. Nafsu Jokowi bermain politik kotor berhadapan dengan lika-liku KPU yang amburadul. Kecurangan Pemilu seperti jauh lebih buruk dari sebelumnya.
"Sudah banyak yang gusar, bahkan PDIP sebagai partai pengusung Jokowi pun gerah. Lagi-lagi semua tak berdaya. Kekuasaan Jokowi jauh lebih kuat dan makin mulus mengantarkan jalan kemenangan bagi kandidat pro Istana," katanya.
Tambahnya, sebagai penguasa Jokowi punya berbagai jaringan, fasilitas, dan mampu menyatukan para pemodal untuk melayani hajatnya. Ihwal itu membuat banyak pihak pesimis dengan perubahan.
"Kecurangan sudah dimulai dari praktek kekuasaan yang sangat otoriter. Selanjutnya, rakyat akan pasrah menghadapi perangkat KPU sebagai legitimasi kehendak penguasa. Itu rumus baku," tukasnya.
"Bagaimana memastikan Pemilu berlangsung demokratis, adil dab transparan? Tentu bukan dengan tunda pemilu, begitu pula sebaliknya menerima pemilu yang berpotensi curang, tetap saja kalah," sambung dia.
Baca Juga: Wasekjen PKB: Duet Prabowo-Ganjar Bergantung Pada Muhaimin
Dijelaskan Faizal, perubahan bukan dengan menunda Pemilu atau melalui pemilu. Tapi menyatukan rakyat untuk tidak terjebak kedua opsi tersebut.
Faizal menilai, rakyat justru digiring dengan pertentangan aneka isu yang seolah ada harapan untuk perubahan. Padahal justru makin terjebak dalam settingan dan kontrol politik kekuasaan.
Baca Juga: Pupuskan Wacana Ganjar Jadi Cawapres Prabowo Hasto: Capres Harus Dari PDIP
"Tunda Pemilu dan Pemilu curang adalah dua lumpur hisap yang semakin menyedot energi rakyat. Hasil akhir, figur yang digembala penguasa akan melanjutkan politik kecurangan. Berdiri sebagai pemenang karena oposisi disandera oleh elite Parpol dan pemburu kekuasaan yang sanga delusi," kuncinya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024