Museum Brawijaya di Malang ialah museum militer yang diperuntukkan sebagai sarana pendidikan dan rekreasi mengenal kemiliteran Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Museum ini mengoleksi berbagai barang yang dipamerkan, mulai dari kendaraan di masa lalu, pakaian para pahlawan, senjata yang digunakan semasa perang, hingga berbagai macam keris dari pahlawan.
Ada pula Gerbong Maut yang menewaskan ratusan rakyat kala perjalanan dari Bondowoso ke Surabaya, sampai komputer pada masa lampau.
Baca Juga: Museum House of Sampoerna: Sejarah dan Daya Tariknya
Sejarah
Museum Brawijaya Malang sendiri telah berdiri sejak 1962 di tangan Brigjend TNI (Purn) Soerachman, yakni mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962.
Pembangunan gedung museum ini kemudian mendapat dukungan pemerintah daerah Kotamadya Malang dengan disediakannya lokasi tanah seluas 10.500 meter persegi hingga dukungan biaya dari Sdr. Martha, pemilik hotel di Tretes Pandaan, menurut laman Museum Indonesia.
Dengan arsitek museum Kapten Czi Ir. Soemadi, museum ini dibangun mulai 1967 dan selesai pada 1968. Nama museum ini ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra Uthapana Cakra'.
Baca Juga: Kenali Museum Angkut di Batu, Museum Anti Bosan dengan Konsep Berlimpah
‘Citra’ artinya bersinar, ‘uthapana’ yang membangkitkan ‘cakra’ semangat atau kekuatan. Jadi, nama Museum Citra Uthapana Cakra berarti ‘Sinar yang membangkitkan semangat atau kekuatan’.
Peranan
Adapun Museum Brawijaya ini dibuat bukan tanpa maksud. Ia diharapkan memiliki peranan yang dapat ditanggung sebagai berikut:
- Media pendidikan
- Tempat rekreasi
- Tempat penelitian ilmiah
- Tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45 dan TNI '45 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum
- Tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan wilayah
Baca Juga: Sejarah 2 Alun-Alun Malang, Punya Konsep Beda dari Alun-Alun Jawa Biasanya
Koleksi
Koleksi di Museum Brawijaya Malang dibagi menjadi halaman depan, ruang lobi, halaman tengah, ruang koleksi I, dan ruang koleksi II. berikut kilasan beberapa koleksi yang dipamerkan di masing-masing ruang tersebut:
- Halaman depan: memamerkan tank buatan Jepang hasil rampasan arek-arek Suroboyo, Oktober 1945, senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang dikenal dengan Pompom Double Loop yang direbut pemuda BKR dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada September 1945, dan sebagainya.
- Ruang Lobi: Memperlihatkan relief sebelah selatan terkait wilayah kekuasaan Majapahit yang dipahatkan perahu Hongi, menggambarkan Majapahit punya armada laut yang kuat sehingga dapat mempersatukan Nusantara. Lengkap pula dengan pahatan Raden Wijaya.
- Di halaman tengah, ada dua koleksi berupa Gerbong Maut dan Perahu Segigir.
- Ruang Koleksi I memamerkan benda koleksi dari tahun 1945-1949, seperti foto Panglima Kodam di Jawa Timur, lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO, dan pejuang, serta lukisan, Pamen, Pama, Bintara, Tamtama prajurit PETA, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Menilik Pantai Cantik Balekambang, Tanah Lot-nya Malang
- Ruang Koleksi II memperlihatkan benda koleksi tahun 1950-1976, seperti peta Kota Malang dan perkembangannya, foto burgemeester dan walikota Malang semasa pemerintahan Belanda hingga kini, meriam dan bejana besi, senjata rampasan dari PRRI/Permesta, dan lainnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO