Berobat adalah salah satu bentuk ikhtiar yang bisa dilakukan manusia untuk mencari kesembuhan dari penyakit yang dideritanya.
Akan tetapi, dalam berobat pun ada adab-adab yang harus dilakukan.
Pendakwah dr. Zaidul Akbar menyebut, dalam setiap pengobatan yang dijalani, harus mengutamakan keimanan. Artinya, secanggih apa pun terapi atau pengobatan yang tengah dijalani, kesembuhan tetap menjadi hak prerogatif Allah SWT.
dr. Zaidul mencontohkan terapi pengobatan bekam.
Baca Juga: Begini Cara Menjaga Iman Menurut dr. Zaidul Akbar
Diketahui, dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), bekam adalah penyedotan lokal darah dari sayatan kulit kecil. Bekam menjadi metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang mengandung toksin dari dalam tubuh manusia, di antara manfaat dari bekam adalah mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi), varises, dan migrain.
dr. Zaidul menyebut, bahwa dengan berbagai manfaat bekam tersebut, tak serta merta si penderita bakal langsung sembuh jika menggunakan metode penyembuhan itu, sebab, kesembuhan adalah pure hak milik Allah SWT.
"Sembuh gak kalau orang tekanan darah tinggi atau hipertensi dengan bekam? Nggak tahu," ujarnya dalam kanal YouTube dr. Zaidul Official
"Sembuh itu kan urusan Allah, kenapa kita masuk ke area itu? Kalau udah iman bicara, maka ilmunya Anda taruh nomor 2 nomor 3 dulu, baru ngomong ilmu," sambungnya.
Menurutnya, penting sekali sebagai orang yang beriman untuk mengutaman iman dan akidah dulu dalam proses penyembuhan yang dijalani.
"Berarti bekam bisa nggak buat kolesterol? Waallahualam, kalau Allah mau turunkan, Allah turunkan. Tapi teorinya ada," paparnya.
"Jadi bahasa awalnya adalah iman dulu, akidah dulu," ucap alumnus Universitas Diponegoro (Undip) tersebut.
Penulis buku Jurus Sehat Rasulullah itu menuturkan, manusia tak boleh jumawa, sebab penyakit tak bisa hilang dari tubuh apabila Allah belum berkehendak.
"Makanya kita itu jangan jumawa. Terapi apa pun saya tidak pernah akan setuju kalau 'bisa mengobati apa pun', nggak bisa. Kalau Allah belum berkehendak," terangnya.
"Kita beradab luar biasa dengan mempelajari ilmu tentang satu bentuk terapi pengobatan, tapi lupa dengan adab pemilik ilmu dan pemilik kesembuhan sehingga semua langsung ditumpahkan ke terapinya itu," ucapnya.