Menu


Sejarah Hari Ini: Dahsyatnya Perang Badar dan Kemenangan Tak Terduga

Sejarah Hari Ini: Dahsyatnya Perang Badar dan Kemenangan Tak Terduga

Kredit Foto: NUO

Konten Jatim, Jakarta -

Perang Badar terjadi tepat hari ini, 13 Maret 624 Masehi silam atau pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriyah. Umat Islam banyak mengenang perjuangan perang ini dengan bangga.

Peperangan dahsyat yang terjadi di bulan Ramadan ini senantiasa mengingatkan muslim akan perjuangan Rasulullah dan kaum muslim semasa itu dalam mempertahankan eksistensi Islam. 

Baca Juga: Perangi Kelompok Radikalisme, Guntur Romli: Ganjar Itu Tegas, Tapi Anies Malah Bilang FPI Perekat Umat

Terjadi setelah dua Ramadan usai umat Islam melakukan hijrah, Perang Badar dikisahkan sebagai kemenangan agung karena para pejuang Islam sukses menentang kebatilan dan kemusyrikan.

Sejatinya, selain demi mempertahankan eksistensi, Perang Badar terjadi karena Rasulullah SAW ingin menegakkan agama Islam di muka bumi, bukan melawan kaum Quraisy untuk meraih kekuasaan, kekayaan, kesenangan pribadi, hingga golongan semata.

Baca Juga: Bawaslu Tegaskan Pemilu Tak Akan Ditunda, Bagja: Kecuali Kita Ada Perang

Awalnya, beredar kabar adanya kafilah besar kaum Quraisy yang bakal meninggalkan Syam untuk pulang ke Makkah. Kafilah itu membawa barang perniagaan yang sangat besar nilainya, berupa 1000 ekor unta dan barang berharga lain.

Umat Islam pun menghadangnya agar dapat mengambil hak-hak mereka yang dulu pernah dirampas kaum Quraisy. Sementara itu, tumbuh rasa cemburu di kalangan kaum Quraisy akibat perkembangan Kota Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Perang Badar pun dimulai pada pagi hari 17 Ramadan 2 Hijriyah. Pasukan muslim dipimpin Rasulullah SAW, sedangkan kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Jahal.

Baca Juga: Fahri Hamzah: Biaya Pemilu Itu Sama Dengan Biaya Perang

Nabi saat itu memilih posisi terdekat dengan sumber air sebagai bentuk strategi perang, memanfaatkan kondisi geografis kawasan Badar itu sendiri. Nabi Muhammad SAW memimpin langsung penyerangan yang melibatkan 313 muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, hingga 2 ekor kuda itu.

Di sisi lain, kaum Quraisy mengerahkan 1000 orang pasukan, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, serta 300 kuda. Adapun di antara mereka, terdapat kerabat Nabi dari kabilah Bani Hasyim, yakni Abbas bin Abdul Muthalib sang paman nabi, sepupu Khadijah Hakim, dan lainnya.

Baca Juga: Apa itu Tahdzir? Menjaga Kemurnian Islam dengan Memperingatkan

Sejatinya, pertempuran besar itu di luar perkiraan umat muslim karena Nabi Muhammad SAW hanya merencanakan pengerahan pasukan untuk peperangan biasa. Itulah sebabnya pasukan Islam hanya berjumlah 313 orang.

Melihat banyak dan lengkapnya tentara kaum kafir Quraisy, nabi sempat menangis. Laman Gramedia menyebut, beliau berdoa kepada Allah SWT:

“Ya Allah. Jikalau rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan untuk binasa, maka tidak akan ada seorang pun setelah aku yang akan menyembah-Mu. Semua orang yang beriman akan meninggalkan agama Islam nan sejati ini.” 

Baca Juga: Musik Dalam Islam Itu Haram atau Tidak? Gus Baha Jawab Begini

Setelahnya, nabi merancang strategi peperangan dan menjajarkan pasukan kaum muslim dalam formasi rapat. Ia juga memerintahkan sumur-sumur segera dikuasai untuk memutus pasokan air ke musuh.

Perang diawali dengan serangan jarak jauh dari umat Islam, barulah mereka menghunus pedang dan bertempur. Akibatnya, 50 pemimpin pasukan kafir Quraisy tewas termasuk Abu Jahal. Sisanya, lari tunggang-langgang.

Baca Juga: 7 Keistimewaan Angka 7 dalam Agama Islam. Apa Saja?

Sementara itu, korban muslim hanyalah 14 orang. Umat Islam justru mengambil rampasan 600 persenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, dan perniagaan milik kafilah Abu Sufyan.