Menu


Selain Stroke Telinga, Ini 5 Penyakit Berbahaya bagi Telinga Lainnya!

Selain Stroke Telinga, Ini 5 Penyakit Berbahaya bagi Telinga Lainnya!

Kredit Foto: Freepik/Karlyukav

Konten Jatim, Depok -

Stroke telinga adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami gangguan pendengaran yang bahkan bisa menyebabkan hilangnya pendengaran. Penyakit stroke telinga, ketika artikel dipublikasikan pada Jumat (10/3/2023), mendadak populer di media sosial.

Kepopuleran penyakit telinga yang satu ini tidak lepas dari unggahan yang dilakukan selebritis dan komika wanita, Kiky Saputri. Dirinya menceritakan kepada warganet kalau mertuanya tengah mengidap penyakit stroke telinga, yang sebenarnya cukup asing didengar.

Meskipun begitu, pada akhirnya diketahui mertua Kiky Saputri “hanya” mengalami flu yang membuat pendengarannya tersumbat. Setelah diagnosis ini keluar, banyak yang menertawakan Kiky Saputri karena kesalahan dalam penyebutan penyakit.

Yang jelas, jika ternyata mertua Kiky Saputri benar-benar mengalami stroke telinga, hal tersebut bukan sesuatu yang tidak bisa ditertawakan karena penyakit ini berpotensi membuat penderita kehilangan pendengaran seutuhnya.

Selain stroke telinga, masih ada banyak lagi penyakit berbahaya bagi telinga lainnya. Berikut penjelasannya melansir situs Health Direct Australia.

Baca Juga: Sempat Heboh Dibahas Warganet, Apa Itu Stroke Telinga?

Penyakit Berbahaya bagi Telinga

1. Neuroma Akustik

Neuroma akustik adalah tumor jinak atau non-kanker yang tumbuh di saraf akustik, saraf kranial kedelapan di otak. Neuroma akustik dapat mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan Anda serta dapat menyebabkan telinga berdenging. 

Jika dokter mencurigai seseorang yang menderita neuroma akustik, mereka mungkin akan mengirimnya untuk tes seperti tes pendengaran atau magnetic resonance imaging (MRI). Pengobatan neuroma akustik termasuk pembedahan dan terapi radiasi.

2. Glue Ear

Glue ear adalah kondisi di mana cairan menumpuk di dalam telinga tengah dan menjadi kental dan lengket. Ini umum terjadi pada anak kecil dan biasanya berlangsung setelah pilek atau infeksi telinga.Glue ear dapat menyebabkan gangguan pendengaran, yang berbahaya bagi anak.

Penyakit ini dapat menyebabkan beberapa anak mudah marah dan dapat menunda perkembangan bicara dan bahasa mereka. Cairan ini sebenarnya dapat hilang dengan sendirinya tanpa perawatan, umumnya memakan waktu hingga 3 bulan. Jika cairan tidak bersih, dapat diobati dengan tabung kecil yang disebut grommet yang membantu cairan mengalir.

Baca Juga: Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Kesehatan Mental dan Mencegah Stroke

3. Vertigo

Vertigo adalah jenis pusing di mana seseorang merasa berputar atau tidak seimbang. Vertigo biasanya tidak disebabkan oleh masalah medis yang serius. Penyebab paling umum dari vertigo adalah benign positional paroxysmal vertigo (BPPV), yang disebabkan oleh kristal yang terbentuk di pusat keseimbangan telinga bagian dalam.

Vertigo seringkali membaik tanpa pengobatan. Jika gejala penyakit tidak lekas membaik dengan sendirinya, dokter dapat merekomendasikan latihan atau obat-obatan yang diharapkan bisa membantu.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Leukemia dan Penyebabnya, Gerogoti Mendiang Mantan Wakil Bupati Karanganyar Rohadi Widodo

4. Penyakit Ménière

Penyakit Meniere adalah masalah telinga bagian dalam yang menyebabkan masalah pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini dapat menyebabkan serangan vertigo, serta gangguan pendengaran yang semakin parah dari waktu ke waktu.

Gangguan telinga ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Frekuensinya berbeda-beda, ada yang mungkin sering atau ada yang jarang. Penyakit Meniere tidak memiliki obat untuk menyembuhkan, namun ada beberapa obat-obatan dan perawatan yang dapat memperbaiki gejalanya.

5. Otosklerosis

Otosklerosis adalah kondisi bawaan yang mempengaruhi telinga tengah dan menyebabkan gangguan pendengaran secara bertahap. Otosklerosis menyebabkan gangguan pendengaran yang secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu, namun sangat jarang menyebabkan tuli total.

Biasanya, penyakit ini didiagnosis oleh spesialis telinga, hidung dan tenggorokan. Mereka akan melakukan serangkaian tes untuk mengetahui jenis gangguan pendengaran yang dialami pasien. Ada 2 pilihan pengobatan untuk otosklerosis: alat bantu dengar atau pembedahan.

Baca Juga: Waspada! Inilah Gejala Diabetes pada Anak Dan Cara Mencegahnya

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO