Pendakwah dr. Zaidul Akbar menekankan pentingnya menikah dengan pasangan yang sekufu atau selevel. Hal inilah konsep yang diajarkan dalam Islam perihal mencari pasangan.
Dilansir dari berbagai sumber, sekufu berarti menikah dengan orang yang punya kedudukan sepadan, artinya sepadan dalam hal ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Orang yang menikah dengan pasangan yang tak selevel, tutur dr. Zaidul, bisa memunculkan hinaan nantinya dalam bahtera rumah tangga yang dijalankan.
Baca Juga: dr. Zaidul Akbar: Kendalikan Hati dan Pikiran dengan Ketaatan
"Jadi nikah itu selevel-an aja," ujarnya dalam kanal YouTube dr. Zaidul Akbar Official, dikutip Konten Jatim pada Jumat (3/3/2023).
"Karena kalau seandainya tidak dibarengin dengan agama, dengan ilmu ke pasangan yang punya status jauh lebih tinggi daripada pasangannya, maka yang muncul adalah hinaan," sambungnya.
Ia memberikan satu contoh, di mana seorang pria yang punya status sosial lebih tinggi, menikah dengan wanita yang status sosialnya lebih rendah, entah dalam hal pendidikan atau ekonomi.
Seiring waktu berjalan, dalam bahtera rumah tangga yang dijalani, pastinya nanti ada hal-hal yang membuat sang suami jengkel pada istrinya.
Akibat rasa jengkel, bisa saja sang suami itu tak sengaja keluar kata-kata penghinaan pada istrinya yang seharusnya tak diucapkannya.
"Bisa jadi akan keluar kata-kata yang terlempar ain di situ," ucap praktisi pengobatan sunnah itu.
Menurutnya, kata-kata penghinaan yang dilontarkan tersebut nantinya bakal membekas di hati sang istri, layaknya bola billiard yang dilempar ke tembok.
Maka dari itu, dr. Zaidul menekankan pentingnya menikah dengan pasangan yang satu level dan sekufu dengan kita, sebagaimana anjuran dalam Islam.
Baca Juga: Jika Ingin Kesembuhan, dr. Zaidul Akbar Sarankan Perbaiki Emosi Dahulu
"Kalau tembok ini katakanlah saya lempar bola billiard yang keras, pasti tembok itu berbekas. Hati manusia ada yang bahannya atau dindingnya itu seperti tembok, dilempar bekas dilempar bekas dilempar bekas, itulah ain. Beda kalau seandainya hatinya bukan tembok, tapi karet, kalau karet gimana? Mental," tandasnya.