Menu


Aktivis Muda: Politik dengan Isu Agama Diciptakan oleh Elite

Aktivis Muda: Politik dengan Isu Agama Diciptakan oleh Elite

Kredit Foto: Tangkap layar kanal YouTube Total Politik

Konten Jatim, Jakarta -

Tidak bisa dipungkiri banyak pemilih di Indonesia lebih mengutamakan agama atau suku dibandingkan program-program yang ditawarkan suatu calon. Hal ini  

Hal tersebut dimanfaatkan oleh berbagai oknum ketika pemilu digelar. Akhirnya, masyarakat hidup terpolarisasi dan politik identitas semakin dibudayakan. 

Baca Juga: Sebabkan Polarisasi, Ketua MPR Tolak Politik Identitas di Pemilu 2024

Aktivis muda Sultan Rivandi melihat bahwa perpolitikan yang memainkan isu agama atau ras sekalipun yang menciptakan adalah elite politiknya sendiri. 

Oleh sebab itu, jika ingin menghentikan hal tersebut yang paling besar berperan adalah pihak pemilihnya. Sultan yakin jualan agama tidak akan laku suatu hari nanti. 

"Sebetulnya klaster-klaster identitas itu kan enggak bisa dipungkiri elite yang menciptakan. Gue lihat demokrasi dalam dua pandang, supply dan demand bahkan dari sisi pengurus partai politik beda ada yang ingin meneruskan, ada yang ingin melawan dan lain-lain sebagainya," kata Sultan Rivandi, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube Total Politik, Selasa (21/2/2023). 

"Bagi gue, yang bisa mengubah arah perdebatan itu di pemilih. Kalau misalkan 60 persen Gen Z, milenial, di 2024 bisa menolak isu agama itu, gue yakin perdebatan ini selesai," tambahnya. 

Sultan meyakini bahwa masyarakat, terutama Gen Z, akhirnya akan muak dengan kampanye-kampanye yang menggunakan agama. Jika permainan menggunakan isu agama itu masih hidup, artinya pihak elite yang masih menyuburkan budaya seperti itu. 

"Gue tidak menafikan ada partisipasi politik yang berawal dari sosiologis, kesamaan agama, emotional voters, itu masih banyak di kita. Itu yang tidak selesai didiskusikan, ini salah elite," pungkasnya. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024