Pemilihan presiden hanya sisa setahun lagi. Joko Widodo juga semakin banyak berbicara mendukung calon presiden.
Salah satu figur yang kerap mendapat dukungannya adalah Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan dalam kabinet saat ini. Dukungan Jokowi ini dianggap terang-terangan.
Baca Juga: Ini Saran Pengamat jika Prabowo Ingin Pilih Khofifah sebagai Cawapres
Gayung bersambut, Prabowo pun tampak serius untuk kembali maju sebagai capres.
Aktivitasnya makin gencar menuju Pilpres 2024. Jika ia maju berhadapan dengan Anies Baswedan, maka capres PDIP bisa diuntungkan.
Asumsinya, pemilih Prabowo dan Anies relatif memiliki basis yang sama.
Sehingga, jika keduanya maju, pemilih akan terpecah dan akan memudahkan kubu capres PDIP untuk menang. Jadi bisa saja, dukungan Jokowi bermakna banyak.
Di lain pihak, Jokowi tak pernah "mengendorse" Anies. Selama ini, pendukung Anies selalu identik dengan oposisi.
Baca Juga: Rocky Gerung: Jokowi Ngak Jelas, Getol Endorse Capres Tapi Terlihat Ingin Pemilu Ditunda
Bahkan partai pengusungnya: PKS dan Demokrat, merupakan dua oposan pemerintah. Nah persaingan dukungan kekuasaan dan oposisi akan menarik pada pilpres.
"Terlebih jika Anies dan Ganjar juga tampil di kontestasi," kata A Luhur Prianto, analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kepada FAJAR, Minggu, 19 Februari.
Sebenarnya, performa elektoral Prabowo sudah mencapai puncak pada Pilpres 2019.
Kalau masih maju lagi dengan polarisasi politik yang berbeda, Luhur menilai kekuatan Prabowo akan melemah.
Sebaliknya, kehadiran Prabowo akan menjadi variabel menguntungkan bagi capres dari kubu nasionalis.
Basis dukungan Prabowo selama ini diindentifikasi dari kalangan Islam politik, yang mulai ia tinggalkan pasca Pilpres 2019, tak bisa diharapkan akan solid mendukungnya.
Ada sosok Anies yang akan mengambil suara di ceruk itu.
Agresifnya Prabowo bersafari politik ke kantong-kantong pemilih muslim, menunjukkan segmen pemilih yang disasar.
Skenario memajukan Prabowo, bisa jadi bagian dari political game untuk melemahkan capres tertentu dan menguntungkan capres lainnya.
Akan tetapi, di dalam politik, skenario seperti itu tidak selalu linier. "Bisa ada skenario di atas skenario," ujar Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP, Unismuh Makassar, itu.
Jika Prabowo benar-benar maju untuk yang keempat kalinya, yang paling diuntungkan adalah Partai Gerindra.
Efek ekor jas dukungan pada Prabowo dibutuhkan Gerindra.
"Prabowo juga sudah berpengalaman berkoalisi dengan presiden terpilih dan pemerintahan pascapemilu," beber Luhur.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024