Menu


Ceramah Ustad Hanan Attaki Ditolak Lagi di Pamekasan, Kok Bisa?

Ceramah Ustad Hanan Attaki Ditolak Lagi di Pamekasan, Kok Bisa?

Kredit Foto: Pinterest/Muthiasyarah

Konten Jatim, Jakarta -

Beberapa waktu belakangan, kehadiran dan ceramah Ustad Hanan Attaki ditolak di berbagai daerah di Jawa Timur. Kali ini, penolakan bergaung dari Pamekasan, Madura. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan pun menjelaskan alasan ilmiahnya.

Pamekasan sendiri diketahui sebagai kota dengan pesantren terbanyak di Madura. Dengan demikian, dapat dipastikan kecenderungan kultur mereka penuh dengan pertimbangan dalam menghadapi persoalan dilematis.

Menurut salah satu santri yang menulis di laman PCNU Pamekasan, alasan pertama yang menjadi sorotan ialah Attaki tak disukai oleh sebagian besar penduduk Pamekasan karena pernyataannya yang kontroversial.

Baca Juga: Sosok Ustad Hanan Attaki, ‘Ustad-nya Anak Muda’ yang Ditolak di Mana-Mana

Sang ustad juga disebutnya ditolak di berbagai tempat di Jawa Timur sehingga santri dan rakyat Pamekasan mesti mengambil sikap agar keharmonisan sosial terjaga. 

Hal ini disebut bukan tanpa alasan, tetapi karena ketakutan akan terpicunya perpecahan dan ketidaknyamanan antarmasyarakat dengan datangnya Ustad Hanan Attaki.

Bentuk ikhtiar

Baca Juga: Tolak Ceramah Hanan Attaki di Jawa Timur, Pengurus NU Disindir soal Keimanan dan Lady Gaga

Aksi penolakan ini disebut sebagai bentuk ikhtiar menghalangi perpecahan atau ‘kehancuran di antara sesama’ seperti halnya yang disebut H.R. Muslim yang dikutip PCNU Pamekasan, yang artinya:

Dari Sa’ad ra. dia berkata: “Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dari tempat yang tinggi hingga saat beliau melintasi Masjid Bani Mu’awiah, beliau masuk lalu salat dua rakaat, dan kami salat bersama beliau, lalu beliau berdoa lama sekali kepada Rabb-nya. Setelah itu beliau menemui kami lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا

Baca Juga: Bela Cak Nun soal Ceramah Jokowi Firaun, Fahri Hamzah: Dia Pancing Emosi agar Kita Waras

‘Aku meminta tiga hal pada Rabb-ku, Ia mengabulkan dua hal dan menolakku satu hal. Aku meminta Rabb-ku agar tidak membinasakan umatku dengan kekeringan, maka Ia mengabulkannya untukku. Aku meminta-Nya agar tidak membinasakan umatku dengan banjir, maka Ia mengabulkannya untukku. Dan aku meminta agar tidak menjadikan kehancuran mereka di antara sesama mereka tapi Ia menolaknya’.” (HR. Muslim).

Menurut dalil tersebut, PCNU Pamekasan menyadari, musuh terbesar ialah dari dalam dan bukan dari luar. Meski ‘kehancuran’ tersebut merupakan mubram yang mesti diterima sebagai ketetapan Allah, bukan berarti menutup ikhtiar untuk menolak perpecahan dan keresahan masyarakat.

Begitulah sebut laman resmi PCNU Pamekasan tersebut.

“Dakwah harusnya membawa kedamaian dan ketenteraman, seperti yang dikatakan Imam al-Ghazali dalam Ihya’-nya, terkadang seseorang berdakwah mengajak kebaikan tetapi malah tidak diterima oleh orang lain, bukan dakwahnya yang bermasalah tapi pendakwahnya yang perlu introspeksi diri,” tulis laman tersebut. 

Baca Juga: Komentari Ceramah Cak Nun Sebut Jokowi Firaun, Denny Siregar: Ketawain Aja

Poin lainnya ialah, umat Islam Pamekasan disebut masih sakit hati dengan pernyataan Ustad Hanan Attaki yang menyebut Nabi Musa sebagai premannya para nabi, yang dalam Islam Nabi Musa ialah Kalimullah.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO