Menu


Pelajaran Hidup dari Pemilik Ayam Goreng Nelongso: Targetkan Mahasiswa, Penuh Perjuangan

Pelajaran Hidup dari Pemilik Ayam Goreng Nelongso: Targetkan Mahasiswa, Penuh Perjuangan

Kredit Foto: Instagram/duniazareal

Konten Jatim, Jakarta -

Ayam Goreng Nelongso ialah usaha makanan yang berdiri sejak 2013 dan tak sejak awal menjadi usaha yang cukup besar dengan 80 cabang dan terkenal di Jawa-Bali. Pemiliknya punya banyak pelajaran dan cerita menarik dari usahanya meniti sang ‘Nelongso’.

Usaha ayam goreng yang satu ini kerap diperbincangkan tentang logonya yang justru berupa gambar bebek dan nama ‘nelongso’ yang berkonotasi negatif karena berarti ‘nelangsa’ alias sedih atau sengsara.

Tentunya, kita tak ingin memakan sesuatu yang membuat kita sengsara atau sedih, bukan?

Baca Juga: Resep Bebek Sinjay Buat yang Bosan Kulineran, Mudah!

Namun, bukan itu rupanya yang perlu dikhawatirkan. Usaha ini diberi nama Ayam Goreng Nelongso karena awalnya sang pemilik hanya menjual menu nasi ayam sayap dan ceker. Menurut berbagai sumber, ia menganggap keduanya seperti tangan dan kaki manusia.

Jika tangan dan kaki tak ada, hidup terasa lebih nelangsa. Begitulah sekiranya.

Pria bernama Nanang Suherman ini lahir di Probolinggo, dan usaha ayam gorengnya juga bermula dari Jawa Timur, yakni Malang. Berjiwa bisnis sejak remaja, Nanang bertekad melanjutkan pendidikan.

Nahas, ibunya mengalami keterbatasan finansial setelah Nanang lulus SMA. Pemuda itu tetap berkuliah dengan keterbatasan itu. Baru satu semester, Nanang harus urung menuntaskan bangku kuliahnya karena sang ibu tak mampu membiayainya.

Baca Juga: Mengenal Sego Tempong, Kuliner Pedas Banyuwangi yang Bikin Serasa Ditampar

Jadilah, ia bertekad mencari pekerjaan sembari berkuliah. Di perempatan lampu merah pada 2005, Nanang tak malu menawarkan koran. Dalam acara ShopeeTalk bertema Modal Ratusan Ribu, Omzet Ratusan Juta, ia membeberkan banyak pengalamannya itu.

Saudara yang melihatnya sebagai loper koran pun membalikkan badan, tetapi Nanang tak berhenti bekerja. Sayangnya, usaha koran miliknya yang baru berjalan sukses itu selalu jadi sasaran Satpol PP sehingga mesti ditutup.

Ia pun berganti ke usaha makelar mobil sampai punya showroom mobil bekas. Lantas, berjualan komputer sampai punya toko sendiri, dan pengepul besi karena terinspirasi keluarganya. Namun, bisnisnya lagi-lagi gagal.

Baca Juga: 4 Kulineran Sego Tempong Banyuwangi: Pilih yang Mana Pun, Bersiaplah ‘Ditampar’

Mindset Nanang ialah bahwa kita harus bertumbuh. Jadi, ia tak semudah itu berhenti.

Cerita ‘nelangsa’ Nanang sendiri dimulai saat usaha biji plastiknya merugi hingga dirinya dan sang istri kehilangan rumah dan mesti tidur di pom bensin. Setelah sang istri gajian, ia menggabungkan uang itu dengan modalnya sebesar Rp500 ribu untuk membuka usaha Ayam Goreng Nelongso.

Bisnis itu pun, singkat cerita, berkembang pesat karena berbagai faktor, seperti usaha F7B-nya yang terus mengikuti tren, menyasar para mahasiswa, calon mahasiswa, sampai mantan mahasiswa yang tepat dengan strategi lainnya, sampai teori Amati, Tiru, dan Murahin (ATM).

Baca Juga: Bebek Madura Punya Ciri Khas, Apa Bedanya dengan di Surabaya dan Bebek Lainnya?

Tak perlu khawatir, meniru yang dimaksud bukanlah sekadar meniru usaha orang lain, tetapi juga menambahkan nilai tersendiri. Setelahnya, barulah Nanang fokus pada target market yang terbukti sesuai.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024