Menu


Wahabi: Ajaran Kembali ke Zaman Rasulullah, Kenapa Ditolak di Indonesia?

Wahabi: Ajaran Kembali ke Zaman Rasulullah, Kenapa Ditolak di Indonesia?

Kredit Foto: Getty Imag/Future Publishing

Konten Jatim, Jakarta -

Wahabi ialah ajaran yang menekankan ‘pemulihan’ umat Islam kembali ke aturan dan kehidupan semasa Rasulullah SAW. Paham ini banyak menuai kontroversi bahkan ditolak di Indonesia. Mengapa demikian?

Lebih tepatnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sempat mendesak pemerintah untuk melarang paham ini. Setelahnya, mazhab wahabi pun menjadi perbincangan hangat publik.

Hal ini menjadi salah satu poin hasil rekomendasi eksternal dalam Rapat Kerja Nasional (Rekernas) Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Asrama Haji Jakarta, 2022.

Baca Juga: Apa Itu Qada? ‘Takdir’ yang Masih Bisa Diubah dengan Usaha

"Lembaga Dakwah PBNU merekomendasikan kepada pemerintah (dalam hal ini Kemenkopolhukam, Kemenkumham, Kemendagri, dan Kemenag) untuk membuat dan menetapkan regulasi yang melarang penyebaran ajaran Wahabiyah," demikian bunyi rekomendasi itu seperti dikutip di laman resmi LD PBNU.

Wahabi menganut paham di mana setiap orang harus hidup persis seperti kaum yang awal di Madinah semasa Rasulullah SAW. dan siapa pun yang menghalangi ‘pemulihan’ ini mesti dibinasakan. 

Baca Juga: Dalil Qada dan Qadar dalam Al-Qur’an sebagai Rukun Iman ke-6

Bisa dibilang, wahabi merupakan pemikiran Islam yang berpegang teguh pada purifikasi ke bentuk sesuai Al-Qur’an-Hadits dan melarang inovasi.

Paham atau ajaran ini banyak menuai kontroversi dan kritik, termasuk dari sesama umat muslim. Pasalnya, paham ini tumbuh sebagai paham yang kaku, keras, ketat, dan tanpa ada kompromi.

Menurut sebagian kalangan, paham ini dinilai melampaui batas dalam menetapkan definisi sempit tauhid. Pendukungnya dianggap terlalu mudah menyerukan sesama muslim sebagai sesat dan melanggar hukum Islam, bahkan kafir.

Baca Juga: Apa Itu Tasawuf? Begini Pengertian dan Prinsipnya

Perbedaan NU dan Wahabi

Perbedaan antara NU dan wahabi dibeberkan jurnal ‘Salafi-Wahabi vs NU’. Terdapat perbedaan yang sangat besar dan bertentangan soal ketidaksamaan pola dakwah dan sikap keagamaan. Pasalnya, ajaran NU yang inklusif lebih mengakomodasi tradisi dan budaya lokal.

Sementara itu, pakar kajian Timur Tengah Sya’roni Rofli juga menyebut wahabi sulit diterima masyarakat Indonesia karena ajaran Islam di Tanah Air menyatu dengan budaya bangsa. Sementara itu, wahabi sangat ketat mengikuti pengaruh luar, tepatnya zaman asal Islam.