Menu


Bikin Geger! Usai Ustadz Adi Hidayat, Litbang Kemendagri Pun Ikut-ikutan Bilang Kapitan Pattimura Beragama Islam

Bikin Geger! Usai Ustadz Adi Hidayat, Litbang Kemendagri Pun Ikut-ikutan Bilang Kapitan Pattimura Beragama Islam

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Jakarta -

Pakar sejarah Sam Ardi turut menyoroti ceramah Ustadz Adi Hidayat yang menyinggung soal latar belakang pahlawan nasional Kapitan Pattimura.

Diketahui dalam ceramah itu, Ustadz Adi Hidayat menyebut Kapitan Pattimura memiliki nama lengkap Ahmad Lussy dan beragama Islam.

Ceramah Ustadz Adi Hidayat itu tentunya membuat Sam Ardi hanya bisa geleng-geleng kepala.

Apalagi jika ada netizen yang debat gara-gara mendengar ceramah Ustadz Adi Hidayat itu Sam Ardi mengaku masih bisa memahaminya.

"Kalo netizen denger video Pattimura itu muslim dengan nama Ahmad Lussy lalu baku hantam di timeline saya masih bisa pahami," kata Sam Ardi, dikutip Konten Jatim dari akun Twitter @Sam_Ardi, Selasa (5/7/2022).



Namun Sam Ardi merasa begitu terkejut saat menemukan sesuatu pasca mendengar ceramah Ustadz Adi Hidayat yang menyebut Kapitan Pattimura beragama Islam.

Ia begitu terkejut saat menemukan tulisan tentang biografi Kapitan Pattimura di situs salah satu pemerintah yaitu lib.litbang.kemendagri.go.id.

Diketahui, situs tersebut milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Sam Ardi merasa heran lantaran sekelas Litbang Kemendagri justru ikut-ikutan menuliskan bahwa Kapitan Pattimura beragama Islam.

"Lha ini selevel Kemendagri bikin tulisan begini. LITBANG PULA YANG BIKIN!," terangnya.

Baca Juga: Rujukan Ustadz Adi Hidayat Bermasalah? Pada Kenyataannya Kapitan Pattimura Penganut Taat Protestan, ini Buktinya

Sebagai informasi, dalam situs Litbang Kemendagri itu tertulis jelas bahwa Kapitan Pattimura disebut beragama Islam.


Litbang Kemendagri juga menjelaskan alasan mereka menyebut Kapitan Pattimura beragama Islam.

"Ia yang selama ini dikenal sebagai seorang Kristen ternyata adalah seorang muslim karena seluruh keturunan Ambon yang bermarga Matulessy adalah Muslim,"

"Sebab-sebab pecahnya perang melawan Belanda adalah karena para misionaris yang didukung dan dilindungi oleh penjajah Belanda, menyebarkan agamanya kepada rakyat Maluku yang notabene beragama Islam," bunyi narasi yang ditulis Litbang Kemendagri.

Adanya tulisan Litbang Kemendagri yang menuliskan Kapitan Pattimura beragama Islam pun membuat geram sejumlah warganet.

Warganet ramai-ramai menilai bahwa Litbang Kemendagri sedang mengaburkan sejarah.

Ada juga yang menyebut tulisan tersebut dibuat oleh salah satu oknum di Litbang Kemendagri.

"Lengkap sudah pembutaan sejarah," tulis @siddiq****.

"Ya Allaaah Pak @kemendagri kelakuan oknumnya tolong ditertibkan ya Pak," tulis @vendavat***.

"@kemendagri pembelokan fakta? tanya @cuan***.

"Namanya sejarah harus ditulis seakurat mungkin berdasarkan bukti Jangan seenaknya merubah identitas orang di masa lalu. Mau nama atau agama," tulis @Plurali****.

"Aneh ya mengklaim pengamat tapi kenapa bisa salah mengartikan sebuah nama, lagian yg aneh jelas nama matulessy tapi kok ke ahmad ahmad dah," tulis @maskee**.

Baca Juga: Sebut Pattimura Beragama Islam, Ustadz Adi Hidayat Dibilang Bikin Citra Islam Jadi Konyol dan Malu-maluin: 'Obat Dari Kebodohan itu Ilmu'


Apa yang ditulis Litbang Kemendagri ini memang seperti mengaburkan sejarah, terlebih hal itu berbeda dari tulisan Kemendikbud.

Dalam situs resmi Kemendikbud, tertulis jelas bahwa Kapitan Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy bukan Ahmad Lussy seperti yang disebut Ustadz Adi Hidayat atau Litbang Kemendagri.



Thomas Matulessy ini adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku.

Ia lahir di Haria, Saparua, Maluku Tengah pada 8 Juni 1783 dari keluarga bermarga Matulessy.

Nama Matulessy diambil dari sang ayah yang bernama Frans Matulessy, sementara ibunya memiliki nama Fransina Silahoi.

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.

Namanya kemudian dikenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui perang Pattimura.

Sejak abad ke 17 dan 18 berlangsung serentetan perlawanan bersenjata melawan Belanda (VOC) dikarenakan terjadi praktik penindasan kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi, kerja paksa dan sebagainya.

Penindasan tersebut dirasakan dalam semua sisi kehidupan rakyat, baik segi sosial ekonomi, politis dan segi sosial psikologis.

Selama dua ratus tahun rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan. Rakyat Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia, namun mayoritas masyarakat tidak ada keuntungan dari sisi ekonomi yang dirasakan.


Alih-alih mendapatkan keuntungan, rakyat Maluku justru semakin menderita dengan adanya berbagai kebijakan seperti pajak yang berat berupa penyerahan wajib (Verplichte leverantien) dan contingenten serta blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lain.

Pada fase kedua pendudukan Inggris di Maluku pada tahun 1810 – 1817 harus berakhir pada tanggal 25 Maret 1817 setelah Belanda kembali menguasai wilayah Maluku.

Rakyat Maluku menolak tegas kedatangan Belanda dengan membuat “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano”. Proklamasi Haria disusun oleh Pattimura.

Ketika pemerintah Belanda mulai memaksanakan kekuasaannya melalui Gubemur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg,pecahlah perlawanan bersenjata rakyat Maluku.

Diadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada forum-forum tersebut menyetujui Pattimura sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.

Pada tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileo negeri Haria, Thomas Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai “Kapitan Besar”.

Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.

Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.

Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran.

Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria ,sampai ke teluk Saparua.

Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.

Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda.

Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Porto Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut.

Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.

Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme.

Seluruh negeri di jazirah Hatawano dibumi hanguskan. Siasat berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya.

Pada tanggal 11 November 181 7 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.

Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon.

Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.


Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024