Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk tak melakukan perombakan kabinet atau reshuffle pada Rabu Pon (1/2/2023) lalu.
Diketahui, isu reshuffle menjadi ramai digaungkan usai Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres) pada awal Oktober 2022.
Elite PDIP juga sempat mendesak Jokowi untuk segera mendepak menteri NasDem dari jajaran Kabinet Indonesia Maju.
Baca Juga: Pengamat Sebut NasDem Grasah-grusuh usai Pertemuan Jokowi-Surya Paloh
Menanggapi soal Jokowi yang tak melakukan reshuffle pada Rabu Pon lalu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyebut, presiden punya alasan tersendiri.
Alasan pertama, kata Pangi, Jokowi mementingkan stabilitas politik
Menurutnya, mungkin saja Jokowi merasa bahwa menteri NasDem telah bekerja keras selama pandemi kemarin, telah mengawal pemerintah, serta telah memberi dukungan pada kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Walaupun ada mengatakan, Pak Jokowi mengambil dua jalan. Pertama adalah jalan stabilitas politik, kesejukan yang dibilang oleh Pak Surya Paloh, artinya tidak ada reshuffle karena memang dianggap mungkin ya NasDem sudah dianggap bekerja keras selama ini di masa pandemi, sudah mengawal pemerintah, bahkan kenaikan harga BBM. Dan itu NasDem (ada) di (barisan) depan," ujarnya di kanal YouTube Official iNews, dikutip Konten Jatim pada Sabtu (4/2/2023).
Sementara, alasan selanjutnya, Pangi menduga bahwa Jokowi tak suka ditekan-tekan dan diintervensi untuk melakukan reshuffle.
Baca Juga: Prabowo Hujan Cacian usai Gabung Barisan Jokowi, Gerindra: Kita Tak Ada Urusan
"Yang kedua, bisa saja Pak Jokowi enggak suka ditekan-tekan, diintervensi," tambahnya.
Diketahui sebelumnya, Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat menyinggung menteri Partai NasDem yang masih bertahan di kabinet pemerintahan Presiden Jokowi.
Djarot mengatakan seharusnya menteri-menteri dari Partai NasDem gentleman mengundurkan diri dari kabinet.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO