Menu


Cak Nun Sebut Posisi Seorang Gubernur Bukan Pemimpin, tapi ‘Petugas’

Cak Nun Sebut Posisi Seorang Gubernur Bukan Pemimpin, tapi ‘Petugas’

Kredit Foto: Instagram/Cak Nun

“Terminlogi yang meletakan dua kemungkinan. Pemimpin Muslim yang zalim atau pemimpin kafir yang adil,” ujar Cak Nun.

Terkait hal itu, Cak Nun tak membenarkan definisi dari keduanya, karena konep dari keduanya sama-sama salah.

Baca Juga: NasDem Bertemu Golkar, PPP: Kami Terbuka Jika Ingin Gabung KIB

“Saya sampai hari ini belum bisa menemukan kebenarannya, yang saya temukan itu kesalahannya. Dan saya temukan 317 kesalahan,” ujarnya.

“Jadi cara berpikirnya begitu, daripada kamu pilih pemimpin Muslim yang zalim kan mending pemimpin kafir yang adil, itu salah juga,” sebut Cak Nun.

Cak Nun mengatakan, seorang Muslim yang zalim tidak memenuhi kategori sebagai pemimpin.

“Ada zaim kok disebut Muslim, kalau zalim itu bukan Muslim. Gula kok pahit? jadi ini sesat pikirnya,” ungkap Cak Nun.

Sama halnya dengan kafir-adil, Cak Nun menyebut yang disebut kekufuran sudah jelas tidak adil. Jika konteks secara vertikal saja sudah salah, lantas yang terjadi dengan hubungan horizontal juga menjadi tidak benar.

Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Tak Akan Dukung Anies Baswedan

“Kalo kafir kok adil? kekufuran itu puncak ketidakadilan, mungkin ada konteks vertikalnya, kepada Allah aja dia gak adil kok. Ada dibilang nggak ada, Allah A kok dibilang B,” ujar Cak Nun.

“Apalagi horizontal, jadi tidak bisa kalimat ini digabungkan. Kafir yang adil, ya nggak bisa. kentut yang wangi, ya tidak bisa,” pungkasnya.

Tampilkan Semua Halaman