Isu reshuffle tak akan buru-buru dipadamkan PDIP hanya karena Presiden Jokowi bertemu Ketum Partai NasDem, Surya Paloh, Kamis (26/1/2023) sore. Hal ini disebut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Kata Hasto, kebiasaan Presiden itu justru memanggil ketua umum partai pendukung pemerintah sebelum lakukan reshuffle. Ditambah lagi, pekan ini ada Rabu Pon, hari ‘sakti’ yang biasa dipakai Jokowi membuat keputusan penting.
Pertemuan Paloh dengan Jokowi dianggap sebagai sinyal bahwa hubungan keduanya yang sempat renggang, mulai membaik lagi. Alhasil, isu reshuffle yang sudah berkobar selama berbulan-bulan ini, menjadi hambar. Jokowi diduga akan batal mendepak menteri asal NasDem dari kabinet.
Namun, Hasto punya pandangan berbeda soal pertemuan Jokowi dengan Paloh. Hasto bersama sejumlah kader banteng yang selama ini memang paling getol mendorong dilakukannya reshuffle, punya keyakinan bahwa pertemuan itu, tak memupuskan isu reshuffle yang sudah berkembang.
"Reshuffle hanya bisa terjadi atas kehendak Bapak Presiden, dan itu kewenangan Bapak Presiden," kata Hasto, di sela-sela acara senam sehat, di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Hasto lantas menyinggung kebiasaan Jokowi yang kerap mengambil keputusan strategis, seperti reshuffle kabinet pada Rabu Pon. Kebetulan, pekan ini, di awal bulan Februari, ada Rabu Pon.
"Berbagai momentum-momentum pada Rabu Pon, itu memang sering mengandung sesuatu yang istimewa, dalam pengertian muncul kesadaran batin dalam mengambil keputusan strategis," kata Hasto.
Hasto mengatakan, setiap pemimpin mempunyai kebiasaan masing-masing. Dia lalu menceritakan Bung Karno soal angka 17 Agustus 1945. Menurutnya, Bung Karno lantas meminta pembangunan Waduk Jatiluhur itu mengandung angka-angka itu. Kemudian menetapkan pola pembangunan semesta berencana.
"Sehingga, preferensi biasa dipilih para pemimpin. Ya, kita tunggu saja apakah akan terjadi reshuffle atau tidak, kita tunggu saja keputusan presiden," imbuhnya.
Sehari sebelumnya, Hasto sempat menyinggung kebiasaan Jokowi yang akan melakukan reshuffle dengan memanggil para ketua umum partai pendukung. Pertemuan itu guna mengambil keputusan-keputusan penting, sekaligus dialog,
"Pertemuan dengan Bapak Surya Paloh ya bagaimana pertemuan dengan ketua umum parpol yang lain," ujarnya.
Hasto mengatakan Jokowi selalu membuka diri berdialog untuk kepentingan bangsa dan negara. Namun, bila dialog itu disalahgunakan, Jokowi dinilai punya kewenangan untuk mengambil tindakan strategis.
Hasto menegaskan, reshuffle hanya terjadi jika Jokowi menggunakan hak prerogatifnya. Dia meyakini reshuffle dilakukan dengan tujuan memaksimalkan kinerja kabinet.
"PDI Perjuangan percaya bahwa ketika reshuffle itu dilakukan, betul-betul bertujuan meningkatkan efektivitas dan kinerja dari kabinet. Jadi kita tunggu saja keputusan dari Bapak Presiden," ujar dia.
Bagaimana tanggapan NasDem soal reshuffle yang dihangatkan lagi oleh Hasto? Ketua DPP NasDem Effendy Choirie atau yang akrab disapa Gus Choi menyerahkan keputusan reshuffle kepada presiden. "Presiden pasti punya perhitungannya sendiri, kearifannya sendiri, dan punya kebijakannya sendiri. Intinya, NasDem tetap mendukung Jokowi sampai 2024. Sesuai dengan komitmen awal. Tidak ada perubahan," kata Gus Choi, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.
Namun, Gus Choi ogah membeberkan materi yang dibahas dalam pertemuan antara bos partainya dengan Jokowi. Gus Choi bilang tidak bisa cerita secara detail, karena tidak ikut hadir. Lagi pula kalau pun mendapatkan informasi, ia tidak akan menyampaikan secara blak-blakan. Yang jelas, kata dia, pertemuan itu intinya membawa kebaikan bagi semua.
"Pokoknya, pertemuan itu Alhamdulillah bagus, baik. Ibarat kakak dan adik. Yang satu senior dan satu junior tapi kepala negara. Saling menghormati, saling menghargai, saling menyayangi, dan semuanya adalah untuk kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.
Namun, yang lebih penting lagi, kata dia, usai pertemuan itu semuanya senang. "Mungkin ada yang tidak senang. Pasti ada, tapi saya kira hampir semua yang berpikiran baik pasti senang. Ada yang tidak senang? Mungkin ada, tapi saya tidak tahu," paparnya.
Mantan politisi PKB ini juga menegaskan, pertemuan itu tidak akan mengganggu keputusan NasDem untuk mencapreskan Anies Baswedan. "Pencapresan Anies tetap jalan terus. Kita nggak berubah. Itu sudah merupakan ijtihad NasDem. Itu merupakan mandat Rakernas kepada Pak Surya akan dijalankan dengan sempurna," tuntasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi usai pertemuan antara Jokowi dan Surya Paloh.
Pertama, Jokowi dan Surya Paloh sedang berbaikan. Keduanya berupaya mencairkan suasana dan hubungan yang merenggang usai NasDem mendeklarasikan Anies sebagai capres. Jika hubungan Jokowi dengan Surya Paloh kembali membaik, artinya menteri-menteri NasDem akan aman. Tak akan kena reshuffle. Dan jika hubungan itu membaik maka usaha NasDem mencapreskan Anies akan terus berjalan.
“Reshuffle di masa jabatan Jokowi yang tinggal setahun memang penuh resiko. Soliditas kabinet yang dipertaruhkan,” kata Ujang. Kemungkinan kedua, lanjut Ujang, NasDem mungkin saja akhirnya melepaskan pencapresan Anies untuk mengamankan menterinya.
Sementara itu, Pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi Hendri Satrio mengatakan, jadi atau tidaknya reshuffle sangat tergantung pada hasil pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh. Menurut Hendri, situasinya saat ini memang dilematis bagi Jokowi. Jika reshuffle dilakukan hanya karena pencapresan Anies, sama artinya Jokowi menyediakan panggung untuk NasDem dan Anies sebagai pihak yang terzalimi.
"Nah kalau terzalimi, dukungan rakyat akan kuat ke NasDem," cetusnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro berpendapat pertemuan Jokowi dengan Surya Paloh berpengaruh pada pencapresan Anies dan kocok ulang kabinet yang isunya menguat bakal menimpa perwakilan NasDem di kabinet.
“Bila Anies gagal maju, maka sudah dipastikan wacana reshuffle berhenti dan skenario 'All Jokowi’s Men' terealisasi," pungkas dia.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO