Menu


Kenapa Masyarakat Menganggap Zaman Soeharto Lebih Enak? Apakah Benar Demikian?

Kenapa Masyarakat Menganggap Zaman Soeharto Lebih Enak? Apakah Benar Demikian?

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Depok -

Tahun 2013 silam, sempat muncul slogan bertuliskan “piye kabare le, penak jamanku toh?”, mengacu kepada era orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Kenapa ada masyarakat yang menganggap zaman Soeharto lebih enak?

Menghimpun informasi dari beberapa sumber berbeda pada Jumat (27/1/2023), perlu diketahui bahwa slogan tersebut mengacu kepada perekonomian di era orde baru yang disinyalir lebih baik dibandingkan saat era pasca reformasi.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Wafatnya Soeharto, Presiden Terlama di Indonesia

Semasa Soeharto menjabat sebagai presiden, harga rupiah di Indonesia bisa dibilang amat rendah dan nilai tukarnya tidak jauh berbeda dengan dolar Amerika Serikat (USD). Orang-orang di era Soeharto bisa dibilang lebih makmur.

Testimoni masyarakat yang hidup di masa itu menyebut kalau harga barang terbilang murah dan mudah ditemukan. Dikabarkan juga kejahatan tidak mudah ditemukan karena tingkat keamanan yang cukup tinggi dilakukan di sekitar masyarakat.

Baca Juga: Khofifah atau AHY, Siapa Yang Lebih Cocok jadi Cawapres Anies Baswedan?

Dari luar, masa kepemimpinan Soeharto bisa dikatakan jauh lebih baik dibandingkan para presiden selanjutnya. Namun, jika ditelusuri ke dalam, kenyataan yang ditemukan bisa amat berbeda.

Meskipun perekonomian Indonesia berjalan dengan baik, hal yang tidak sama terjadi di sektor politik dan hak asasi manusia (HAM). Era orde baru merupakan periode di mana masyarakat amat sangat sulit menyampaikan pendapat dan aspirasi.

Pemerintahan di masa itu dikuasai oleh Partai Golongan Karya (Golkar). Partai politik (Parpol) lain tidak bisa menjadi oposisi yang tangguh untuk Parpol dengan logo pohon beringin ini. Akibatnya, masyarakat kerap menemukan sosok yang sama selama bertahun-tahun dalam pemerintahan.

Baca Juga: Kenapa Partai Demokrat Dukung Anies Baswedan Sebagai Capres 2024?

Selain itu, media massa di Indonesia juga dikontrol melalui Departemen Penerangan pada masa itu. Jika tidak mengikuti apa kata Departemen Penerangan, maka media massa harus siap menerima pembredelan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Puncaknya adalah ketika rezim Soeharto melakukan penculikan terhadap sejumlah aktivis tahun 1998. Hal tersebut menggambarkan era orde baru yang tidak sebaik dan senyaman yang dibayangkan. Kemakmuran dalam ekonomi harus “dibayar” dengan kebebasan berpendapat.

Baca Juga: Azab Pelaku Pelecehan Seksual Berdasarkan Pandangan Hadits Nabi Muhammad SAW

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024