Pakar hukum tata negara yang kini aktif menjadi youtuber tema politik, Refly Harun menilai ada 2 faktor yang menyebabkan koalisi PDIP dan PKS mustahil untuk terwujud.
Faktor pertama terkait aspek personal elite politiknya.
"Jadi sebenarnya mungkin bukan aspek psikologis, mungkin bukan aspek historis, mungkin juga bukan aspek sosiologis."
"Tapi aspek personal elite politiknya saja," ucap Refly Harun dalam video di kanal YouTube pribadinya pada Jumat (24/6/2022).
Adapun faktor yang kedua, lanjut Refly, adalah spektrum politik.
Menurut Refly, PKS dan PDIP memiliki jarak yang jauh dari sisi spektrum politik.
Walaupun di beberapa Pilkada kedua partai pernah terlibat koalisi, Refly menilai PDIP dan PKS sulit bekerja sama di level nasional.
"PKS di spektrum paling kanan, sementara PDIP let say di spektrum paling kiri dalam spektrum politik Indonesia," ujar Refly Harun.
Jika mengkaitkannya dengan istilah di perpolitikan negara lain, Refly menilai PKS bisa diibaratkan partai sayap kanan sedangkan PDIP partai sayap kiri.
Refly Harun juga menuturkan bahwa sebutan sayap kanan dan sayap kiri di Indonesia memiliki definisinya sendiri.
"Dalam konteks politik Indonesia, yang namanya Right wing itu adalah islam atau partai yang berbasis massa islam."
"Kalau left wing itu partai yang berbasis nasionalis atau berbasis nasionalisme," ucap
Refly.
Lebih lanjut, Refly menilai penyebutan sayap kiri dan sayap kanan masih belum familiar di Indonesia.
Pasalnya, orang Indonesia sering mengkaitkan kiri sebagai sesuatu yang negatif. Akibatnya, tidak ada parpol yang mau disebut sebagai partai sayap kiri.
Berbeda halnya dengan di Amerika Serikat yang merasa biasa saja dengan sebutan sayap kanan dan sayap kiri.
"Kalau di Amerika Serikat, right wingnya Republik, left wingnya Demokrat. Mereka tidak marah dikatakan sayap kiri. Karena sayap kanan dan sayap kiri itu bukan positif negatif," pungkasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan