Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memang memiliki elektabilitas teratas untuk jadi calon presiden (Capres) dalam hasil survei di berbagai lembaga.
Namun, elektabilitas ini rupanya masih menjadi ancaman bagi Ganjar dan tak menjamin bahwa kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu bisa terpilih sebagai presiden selanjutnya.
Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, Ganjar tetap membutuhkan pendamping yang memiliki elektabilitas tinggi. Dia membandingkan elektabilitas Ganjar yang masih kalah dari Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019.
"Elektabilitas Ganjar tidak sekuat Jokowi di 2019. Sehingga Ganjar pun membutuhkan pasangan yang bisa memberikan kontribusi suara juga," kata Karyono dihubungi Akurat.co di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
"Dalam politik harus rasional. Jangan sekedar maju, buat apa kalau peluang kemenangannya tipis," tambahnya.
Ganjar Unggul Lagi
Elektabilitas Ganjar Pranowo kerap tertinggi dibandingkan nama-nama tokoh potensial maju sebagai calon presiden. Elektabilitas Ganjar terbaru terpotret dari sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyatakan Ganjar unggul dalam survei simulasi 10 nama bakal capres yang dilakukan periode 7-11 Januari 2023.
Pemilihan sampel dilakukan kepada 1.221 responden dengan metode random digit dialing (RDD) atau proses pembangkitan nomor secara acak. Adapun margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara survei dilakukan melalui telepon.
"Basis 19 nama yang unggul masih Ganjar Pranowo 27,2 persen, diikuti Anies 16,8 persen, lalu Prabowo Subianto 16,0 persen, Ridwan Kamil, baru nama-nama lain yaitu AHY, Sandiaga Uno, Khofifah, ada Pak Erick di sini," kata Djayadi dalam konferensi pers secara daring, Minggu (22/1/2023).
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024