Menu


Kala Jenderal Sudirman Digotong Demi Bertugas di Perang Gerilya

Kala Jenderal Sudirman Digotong Demi Bertugas di Perang Gerilya

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Depok -

Salah satu kisah dari Jenderal Sudirman yang paling dikenang oleh masyarakat adalah ketika dirinya tetap memaksakan diri untuk ikut terjun langsung ke medan perang melawan Belanda dengan cara digotong oleh anak buahnya.

Menghimpun informasi dari situs Kepustakaan Tokoh Pahlawan dan beberapa sumber lain pada Selasa (24/1/2023), awal mula peperangan melawan Belanda ini adalah karena Agresi Militer Belanda di mana mereka menyerang wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah serta menyerang wilayah Sumatera.

Baca Juga: Kenapa Sudirman Diangkat Menjadi Jenderal di Usianya Yang Masih Muda?

Untuk melawan pasukan Belanda, Jenderal Sudirman memutuskan bersama dengan pasukannya, yang saat itu sudah mempunyai nama Tentara Nasional Indonesia (TNI), untuk bergerilya di sekitar wilayah Jawa Tengah sampai Jawa Timur.

Tetapi, perlu dicatat bahwa kondisi tubuh Jenderal Sudirman tidak bisa membuatnya berjalan terus-menerus. Ini dikarenakan sang Panglima Besar TNI mengidap tuberkulosis (TBC) paru-paru sehingga napasnya menjadi sulit dan berat.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Kelahiran Jenderal Sudirman, Tokoh Penting dalam Kemerdekaan Indonesia

Untuk itu, dirinya digotong oleh pasukannya selama perang berlangsung. Dengan demikian, Jenderal Sudirman bisa memantau langsung pergerakan musuh dan memberi instruksi terhadap bawahannya tanpa melalui perantara.

Perang gerilya ini berlangsung selama 4 bulan mulai dari Desember 1948 sampai Maret 1949. Dan puncaknya adalah serangan 1 Maret 1949 di mana TNI berhasil merebut Yogyakarta, yang saat itu menjadi Ibukota Indonesia, dari Belanda. Ini membuat harga diri Belanda seketika runtuh dan membuktikan kedigdayaan TNI di mata dunia.

Pada akhirnya, Belanda dan Indonesia menandatangani Perjanjian Roem-Royen yang berisikan tentang janji Belanda untuk tidak lagi menyerang Indonesia dan mengakui kedaulatan Indonesia. Namun, Jenderal Sudirman tidak percaya kalau Belanda akan menepati janji mereka.

Baca Juga: Azab Pelaku Pelecehan Seksual Menurut Pandangan Ustadz Maulana

Dirinya sempat meminta kepada Presiden Sukarno untuk melanjutkan gerilya. Sayang, ide tersebut ditolak mentah-mentah karena merasa kalau Belanda tidak alasan lagi untuk menyerang Indonesia. Perbedaan pendapat ini sempat menimbulkan ketegangan antara keduanya.

Namun, pada akhirnya Jenderal Sudirman tetap mematuhi perintah atasannya. Belanda sendiri baru benar-benar mengakui kedaulatan Indonesia pada Desember 1949. Sebulan berselang, Jenderal Sudirman mengembuskan napas terakhirnya di Magelang setelah berjuang melawan TBC-nya yang kian memburuk.

Baca Juga: Jenis-Jenis Gharar Yang Perlu Dihindari oleh Umat Muslim

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO