Pengamat politik Rocky Gerung turut mengomentari tidak hadirnya Presiden Jokowi untuk menemui massa Aksi 411.
Pada aksi unjuk rasa 411 di depan Istana Negara pada Jumat (4/11/2022) tersebut, Jokowi lebih memilih untuk bertolak ke Jawa Timur.
Itu merupakan kesekian kalinya Jokowi lebih memilih kabur pada saat ada aksi unjuk rasa di depan kediamannya itu.
Aksi serupa juga pernah Jokowi lakukan saat ada aksi unjuk rasa 411 pada November 2016; aksi unjuk rasa menentang pengesahan UU Cipta Kerja pada Oktober 2020; ataupun saat demo menolak kenaikan BBM pada September 2022.
Ketidakhadiran Jokowi untuk menemui massa aksi 411 tersebut turut dikomentari oleh pengamat politik Rocky Gerung.
Mantan dosen Ilmu Filsafat Universitas Indonesia (UI) itu menilai bahwa jika tidak hadir menemui demonstran sekali itu dinamakan kebetulan, dua kali dinamakan kebangetan, tiga kali ketakutan, dan jika sekali lagi maka dinamakan kedunguan.
"Ya udah berapa kali itu. Kalau satu kali itu kebetulan, kalau dua kali kebangetan, kalau tiga kali ketakutan, lakukan sekali lagi kedunguan namanya." ujar pria berusia 63 tahun itu.
Lebih lanjut, menurutnya, apabila Presiden Jokowi tidak ingin menemui para demonstran tersebut, seharusnya Presiden Jokowi bisa mengirimkan wakilnya saja untuk menemui demonstran.
"Itu sepertinya nggak mau nyambut kan. Kalau nggak mau nyambut nggak apa-apa kan kirim wakil aja, tetapi akhirnya jurnalis tahu bahwa polanya nanti Pak Jokowi pasti akan minta pagi-pagi "buatkan saya agenda untuk keluar kota tuh". Kira-kira begitu kan. Itu sebetulnya sejenis kepengecutan sebetulnya tuh, karena itu rakyat dia. Dia musti hadapi itu." lanjut Rocky Gerung.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024