Menu


Dalil-dalil Salat Istisqa: Landasan Memohon Hujan kepada Allah

Dalil-dalil Salat Istisqa: Landasan Memohon Hujan kepada Allah

Kredit Foto: Pixabay/Ashiq Raazz)

Konten Jatim, Jakarta -

Salat Istisqa, juga dikenal sebagai Salat Hujan, merupakan salah satu bentuk ibadah dalam agama Islam yang dilakukan sebagai upaya memohon hujan kepada Allah SWT dalam situasi kekeringan.

Pelaksanaan salat ini didasarkan pada dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam artikel ini, kami akan membahas beberapa dalil penting yang menjadi landasan dalam pelaksanaan Salat Istisqa.

Berikut dalil-dalil tentang salat istisqa seperti dikutip dari laman Muslim:

Baca Juga: 6 Dalil Tentang Thaharah: Wajib Dilakukan Sebelum Salat

Dalil dari Al-Quran

a. Surah Al-A'raf (7:96)

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."

Ayat ini menunjukkan pentingnya memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT ketika manusia terjerumus dalam perbuatan maksiat. Salat Istisqa menjadi sarana untuk memohon hujan sebagai tanda berpaling kepada Allah dan meninggalkan dosa-dosa.

b. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman:

{” Wahai kaumku, mohon-lah ampun kepada Tuhan kalian, kemudian bertaubat-lah kalian kepada-Nya (Allah SWT), pasti Dia akan menurun-kan hujan yang sangat lebat atas kalian, dan Dia (Allah SWT) akan menambah-kan kekuatan pada kekuatan kalian. Dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa “} (QS. Hud : 52).

Hadits Nabi Muhammad SAW

Shalat istisqa hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering karena Rasulullah SAW memerintahkan hal tersebut, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah RA:

Baca Juga: 7 Dalil Tentang Zina: Salah Satu Pertanda Kiamat

“Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang musim kemarau yang panjang. Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang, lalu beliau membuat kesepakatan dengan orang-orang untuk berkumpul pada suatu hari yang telah ditentukan”.

Aisyah lalu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan hujan yang tidak kunjung turun, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan Ia berjanji akan mengabulkan doa kalian”

Kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). laa ilaha illallahu yaf’alu maa yuriid. allahumma antallahu laa ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqara`. anzil alainal ghaitsa waj’al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaghan ilaa hiin

(Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan).”

Baca Juga: 5 Dalil Tentang Talak: Halal Namun Dibenci Allah SWT

Kemudian beliau terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau membalikkan punggungnya, membelakangi orang-orang dan membalik posisi selendangnya, ketika itu beliau masih mengangkat kedua tangannya.

Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Lalu Allah mendatangkan awan yang disertai guruh dan petir. Turunlah hujan dengan izin Allah. Beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir di sekitarnya.

Ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan Rasul-Nya” (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

Dalil-dalil di atas menjadi landasan penting dalam pelaksanaan Salat Istisqa. Umat Muslim meyakini bahwa dengan melaksanakan salat ini dengan tulus dan ikhlas, serta mengikuti petunjuk dari Al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah SAW, Allah SWT akan mengabulkan doa dan membalasnya dengan mengirimkan hujan yang diperlukan.

Salat Istisqa merupakan bukti nyata keimanan umat Muslim dan ketergantungan mereka kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur segala urusan. Melalui salat ini, umat Muslim memperlihatkan rasa rendah diri, kerendahan hati, serta harapan yang tinggi kepada Allah SWT.

Dalam kesimpulan, Salat Istisqa dilakukan sebagai bentuk memohon hujan kepada Allah SWT dalam menghadapi kekeringan. Dalil-dalil Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW menjadi landasan penting dalam pelaksanaannya.

Baca Juga: Jenis-jenis dan Dalil Istighosah: Menelusuri Kebahagiaan dalam Doa Bersama

Umat Muslim meyakini bahwa dengan melakukan salat ini dengan ikhlas dan tawakkal kepada Allah SWT, Dia akan mengabulkan doa dan mengirimkan hujan sebagai rahmat-Nya.