Cadar adalah kain yang menutup hidung dan mulut, yang biasa digunakan bagi perempuan muslim. Cadar sendiri sering disamakan dengan niqab atau burqa, padahal ketiganya berbeda. Memangnya, bagaimana bisa berbeda?
Perbedaan cadar, niqab, dan burqa sebenarnya sangat sedikit. Namun, perbedaan ini dapat berpengaruh jika kita membicarakannya dengan orang lain karena dapat menyebabkan perbedaan pemahaman.
Jika cadar adalah kain yang menutupi wajah, khususnya hidung dan mulut hingga dada, berbeda halnya dengan niqab yang turut juga menutupi bagian atas mata. Dengan demikian, memakai niqab berarti menutupi seluruh tubuh kecuali kedua mata.
Baca Juga: Apa Itu Cadar? Hukumnya Sunnah Hingga Wajib dalam Mazhab-Mazhab, tetapi Dilarang di Negara Barat
Sementara itu, hal ini berbeda lagi dengan burqa. Burqa mungkin bisa mencakup niqab, tetapi niqab belum mencakup burqa. Pasalnya, mengenakan burqa berarti turut menutupi kedua mata dengan kain jaring yang bisa menerawang.
Dengan memakai burqa, artinya seorang wanita betul-betul menutupi seluruh tubuhnya, tak terkecuali mata. Namun, dengan kain jaring tersebut, ia bisa tetap melihat keluar karena kainnya menerawang, sedangkan orang lain tak bisa melihat ke matanya.
Baca Juga: Apa Itu Niqab? Penutup Aurat yang Berbeda dengan Kultur Indonesia, Ini Penjelasannya
Dapat disimpulkan, cadar, niqab, dan burqa berbeda karena niqab lebih lengkap dari cadar, dan burqa lebih lengkap dari niqab.
Merupakan budaya Islam
Dengan berbagai pemaparan terkait hukum memakai cadar, niqab, atau burqa, dapat dijelaskan bahwa ketiganya bukanlah sekadar budaya Timur-Tengah, tetapi merupakan budaya dan ajaran Islam yang telah diajarkan oleh para ulama sebagai pewaris para Nabi.
Nabi sendiri memberikan pengarahan pada seluruh umat Islam, tak hanya untuk masyarakat Timur-Tengah.
Muslim.or.id menyebut, jika memakai cadar telah dianggap sebagai budaya lokal bagi mereka, ini merupakan perkara baik karena memang telah sepatutnya seorang muslim berbudaya Islam.
Sejak dulu, para ulama telah membahas hukum memakai cadar bagi wanita. Sebagiannya mewajibkan, sebaiknya lagi berpendapat itu sunnah. Di antara mereka, tak ada yang menyebut pembahasan tersebut hanya berlaku bagi wanita muslimah Arab atau Timur-Tengah saja.