Menu


Sejarah Hari Ini: Lahirnya Penulis Legendaris Pramoedya Ananta Toer

Sejarah Hari Ini: Lahirnya Penulis Legendaris Pramoedya Ananta Toer

Kredit Foto: Suara.com/Reuters

Konten Jatim, Depok -

Tanggal 6 Februari merupakan hari bersejarah bagi Indonesia. Pada tanggal tersebut, tepatnya 98 tahun sebelum artikel ini dipublikasikan pada Senin (6/2/2023), telah lahir sosok bernama Pramoedya Ananta Toer.

Mengutip laman resmi Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta beberapa sumber lain, Pramoedya Ananta Toer lahir dengan nama asliĀ  Pramoedya Ananta Mastoer di Blora, Jawa Tengah.

Baca Juga: Daftar Koalisi untuk Pemilu 2024 Beserta Potensi Capresnya

Dirinya lahir di keluarga yang cukup sederhana. Ayahnya merupakan guru, sementara sang ibu bekerja sebagai penjual nasi. Pramoedya Ananta Toer sendiri merupakan anak pertama dari 8 bersaudara.

Masa kecil dan masa remajanya juga dilalui dengan normal. Pasca lulus dari i sekolah teknik radio Surabaya tahun 1941, dirinya pergi ke Jakarta dan bekerja di Kantor Berita Domei. Tahun 1945, Pramoedya Ananta Toer berkuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) untuk mata kuliah Filsafat, Sosiologi, dan Sejarah.

Baca Juga: Apa Yang Menjadi Alasan Terbentuknya Koalisi Partai Politik?

Namun, pasca kemerdekaan, dirinya menjadi tentara. Ketika Agresi Militer I oleh Belanda, Pramoedya Ananta Toer ditangkap oleh pasukan Belanda. Penangkapan ini bisa dibilang merupakan awal dari kehidupan suami dari Maemunah Thamrin tersebut di balik jeruji penjara.

Semasa hidupnya, selain ditangkap oleh Belanda, Pramoedya Ananta Toer juga berkali-kali dijebloskan ke penjara oleh pemerintah. Peristiwa tersebut terjadi dari 1965-1969 dan 1979. Berada di balik jeruji besi tidak mengurangi keproduktifannya.

Baca Juga: Kaum Khawarij di Era Modern Yang Berbahaya bagi Masyarakat Luas

Berbekal kemampuan menulis yang didapatkan semasa bekerja di kantor berita, Pramoedya Ananta Toer beberapa kali menyiapkan naskah untuk buku-bukunya. Salah satunya yang paling terkenal adalah naskah tetralogi Bumi Manusia, yang disebut-sebut sebagai karya terbaiknya.

Semasa hidupnya, Pramoedya Ananta Toer sudah menuliskan sekitar 50 karya dalam bentuk novel. Tulisannya banyak menggambarkan kehidupan di era kolonialisme Belanda, dikemas dengan gaya jurnal non-fiksi, namun tetap mengandung humanisme dan romantisme layaknya roman pada umumnya.

Baca Juga: Ajaran-Ajaran Khawarij Dan Sekte-Sektenya Yang Berbahaya bagi Umat Muslim

Karya-karyanya sempat dilarang beredar di rezim orde baru karena dianggap mengandung unsur sayap kiri dan kebarat-baratan. Meskipun begitu, ini tidak menutup fakta kalau tulisan Pramoedya Ananta Toer digemari oleh banyak lapisan masyarakat. Dan di masa senjanya, sang maestro mendapatkan beragam penghargaan dari berbagai instansi di seluruh dunia.

Ketika memasuki masa tua pun, Pramoedya Ananta Toer masih aktif menulis cerpen dan opini. Sayang, tulisannya tidak lagi bisa dinikmati memasuki tahun 2006.

Baca Juga: Apa Itu Khawarij? Pemberontak Islam Zaman Kekhalifahan Usman

Pada 30 April 2006,Pramoedya Ananta Toer mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Saint Carolus. Dirinya diketahui mengidap komplikasi penyakit ginjal, jantung dan radang paru-paru, bahkan sempat tak sadarkan diri 3 hari sebelum wafat.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO