Menu


Apa Itu Tauhid? Ini Maksud dan Kedudukannya Agungnya dalam Islam

Apa Itu Tauhid? Ini Maksud dan Kedudukannya Agungnya dalam Islam

Kredit Foto: Pexels/Pixabay

Konten Jatim, Jakarta -

Dalam frasa ‘Laa ilaaha illallah”, umat Muslim mengucap dasar agama Islam berupa tauhid. Tauhid adalah konsep dalam akidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Kita menganggap hal ini begitu agung. Namun, bagaimana jelasnya?

Secara bahasa, tauhid ialah bentuk yang menjadikan sesuatu menjadi satu saja. Namun, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (Yulian 2011) menambahkan makna ini akan sempurna jika ditambahkan penafikan segala sesuatu selain yang dijadikan satu tersebut.

Allah itu esa (satu) dalam Islam bukan dalam segi bilangan, tetapi dari segi  Allah tak punya sekutu atau serupa, Allah-lah satu dari segi Dzatnya. Maknanya, tak ada dzat yang serupa dengan Dzat Allah.

Baca Juga: Apa Itu Ahlussunnah Wal Jamaah? Ini Pengertian, Asal Usul, sampai Dalilnya

Dialah yang menciptakan seluruh benda beserta segenap sifat-sifatnya, sedangkan Allah bukanlah benda dan tak disifati dengan sifat benda. Allah ada sebelum segalanya ada, dan tak bisa dibayangkan karena benak manusia hanya bisa menjangkau hal yang biasa dijumpai, dilihat, didengar, dan dirasakan panca indera.

Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik ialah konsekuensi dari kalimat syahadat yang dikrarkan seorang Muslim.

Baca Juga: Mengapa NU Ikuti Paham Ahlussunnah? Ini Implementasinya

Mengutip At-Tuwajiri (2010:17), tauhid uluhiyah mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk peribadahan dari seluruh makhluk-Nya. Konsekuensi dari pengakuan ini adalah penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata.

Ini juga mencakup ibadah atau penghambaan diri kepada Allah yang merupakan perbuatan makhluk dalam merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah ini tak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah, dan syirik (mempersekutukan Allah) adalah dosa besar.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” Q.S. Luqman: 13.

Baca Juga: Apa Itu Fikih? Ini Pengertian, Objek Bahasan, dan Kaitannya dengan Syariah

Kedudukannya dalam Islam

Tauhid diyakini seorang muslim sebagai dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam paling besar. Ini merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan di samping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Yang dimaksud syarat, yakni hal yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan harus sampai akhir pelaksanaan. Syarat ini juga berkaitan dengan niat seseorang yang melakukan sesuatu hanya karena Allah, sehingga syarat untuk diterima niat karena Allah itu harus sama sampai akhir.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Fikih dari Zaman Rasulullah Sampai ke Indonesia: Pelan Tapi Pasti

Kemungkinan besar, amalan tersebut juga diterima sebagai ibadah di hadapan Allah jika yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Sebaliknya, amalan tersebut tertolak di hadapan Allah meskipun sudah sesuai tuntunan Rasulullah jika pelaksanaannya berubah niat tak hanya karena Allah di tengah jalan.